Bagi yang paham dunia hitam money loundry, pasti paham sepak terjang Maskapai Garuda di masa kejayaan Dinasti Cikeas 2 periode. Garuda yang kini sedang megap-megap butuh diselamatkan usai pesta pora yang melahirkan hutang segunung. Garuda dan Cikeas tidak bisa dipisahkan benang merahnya jika pemerintah kini sedang berjibaku menyelamatkan maskapai plat merah dari jurang kepailitan. Ada apa Garuda dan Cikeas, simak kronologis tulisan dari berbagai sumber yang baru sebagian tersampaikan. Hasil mengumpulkan puzzle-puzzle yang berserak dari kurun waktu 2017 hingga kemarin sore. Butuh baca sambil ngopi untuk benar-benar paham tidak ada hoax diantara kita
Masih ingat nama Nazaruddin? Ini mantan bendahara umum Demokrat yang sejak ditangkap KPK jadi sumber sakit kepala Pepo.
Bagaimana nggak pening karena Nazaruddin, diungkap satu persatu semua jalur korupsinya Gurita Cikeas. Kebanyakan orang ingat Nazaruddin itu ingatnya kasus korupsi Hambalang saja. Nazaruddin yang sesungguhnya pemegang kunci brankas Pepo selama berkuasa menitipkan uang hasil jarahan.
Banyak yang lupa pernyataan KPK bahwa Nazaruddin juga terindikasi praktik pencucian uang hasil korupsi dengan pembelian saham IPO Garuda. Uang korupsi siapa? Yang pasti bukan dia sendiri tapi bintang mercy yang selama ini mempercayainya dunia akhirat.
Saat KPK Kembali Sidik tindak Pencucian Uang Nazaruddin di IPO Saham Garuda Indonesia,
terungkap mantan Direktur Permai Grup, Yulianus mengaku bahwa Nazaruddin telah membeli saham perdana Garuda senilai total Rp 300,8 M pada tahun 2011. Saham tersebut dibeli melalui sejumlah perusahaan, yaitu PT Permai Raya Wisata membeli 30 juta lembar saham senilai Rp 22,7 miliar. Saham perdana Garuda Indonesia juga dibeli melalui PT Cakrawaja Abadi 50 juta lembar saham senilai Rp 37,5 miliar. Lalu, PT Exartech Technology Utama sebanyak 150 juta lembar saham senilai Rp 124,1 miliar. PT Pacific Putra Metropolitan 100 juta lembar saham senilai Rp 75 M dan PT Darmakusuma 55 juta lembar saham senilai Rp 41 miliar.
Duit setebal itu merupakan hasil korupsi Nazaruddin dari proyek2 pemerintah selama dia jadi Bendahara Umum Partai Demokrat. Dengan memaksa Garuda untuk IPO maka Nazaruddin berharap cuci uang kotornya Gurita Cikeas tidak terendus. Semua diakui Nazaruddin sendiri di pengadilan Tipikor. Apesnya buat Emirsyah Satar, Sudi Silalahi, dan Nazaruddin, harga IPO Garuda anjlok dari perkiraan awal Rp750/lembar turun sekitar Rp500/lembar.
Siapakah Sudi Silalahi? Sudah menjadi rahasia umum, separuh isi kepala Pepo berasal dari ide dan lobby-nya. Jabatan Setkab lalu Setneg diemban seumur periode Pepo. Boleh dikata dialah Perdana Menteri Dinasty Biru yang paling disegani dengan meminjam kepanjangan tangan KPK yang sempat dalam genggamannya. Menentukan BUMN apa dipegang siapa, ada di mejanya, termasuk Emirsyah yang sempat dipuja-puja warga Demokrat sebagai sosok Profesional paling berpengaruh. Emirsyah menjadi Dirut Garuda dari 2005-2014 tak tergantikan seumuran periode Pepo 2004-2014 bukan sebuah kebetulan.
Kembali lagi ke persoalan IPO Garuda, alih-alih dapat untung dari cuci uang, Gurita Cikeas malah tekor. Dari duit korupsi yang mau dicuci di IPO Garuda, sisanya 47,5 % atau 3 Milyar saham harus diserap tiga penjamin pelaksana emisi : Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, Danareksa Sekuritas.
Emirsyah Satar sebagai Dirut Garuda saat itu sangat paham bahwa IPO Garuda ini akan dimanfaatkan Gurita Cikeas untuk cuci uang hasil korupsi. Makanya Satar pasang badan bela IPO ini dari awal walaupun sudah dibilang pengamat perkiraan harganya tidak masuk akal dan momentumnya tidak tepat. Tapi apakah Emirsyah Satar dihentikan saat itu sebagai Dirut Garuda? Tidak. Satar malah diselamatkan didukung terus sampai tahun 2014.
Bagaimana cara Gurita Cikeas menyelamatkan Emirsyah Satar dari kekacauan dan kegagalan IPO-nya? Satu nama muncul, Chairul Tandjung. Setahun setelah meluncurkan IPO, harga saham Garuda cenderung stagnan
Akibatnya Garuda kesulitan mengkapitalisasi dana pasar saham untuk menopang modal usahanya dan tutup kerugian keuangan hasil korupsi Cikeas.
Penjamin IPO (Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, Danareksa Sekuritas) mulai megap-megap menanggung kerugian IPO Garuda yang jeblok harga sahamnya. Atas lobby Pepo ke “Si Anak Singkong” Chairul Tandjung setuju memborong saham Garuda dari para penjamin IPO di bulan April 2012. Melalui PT Trans Airways, CT borong sisa saham IPO Garuda sebesar 2,47 M lembar atau 10,88 % dengan nilai total sekitar Rp 1,53 triliun.
Karena sudah diselamatkan CT, Emirsyah Satar kembali bisa bernafas lega. Dan dia makin merasa kebal karena selain dilindungi Pepo (cc : Sudi Silalahi) bonus merasa CT yang menjadi pemegang saham Garuda. Lambat laun sepak terjang Emirsyah di Garuda terendus lawan politiknya Pepo. Kontrak perawatan pesawat Airbus A330 bermesin Rolls-Royce Trent 700 terbongkar. Pihak Rolls-Royce yang ketahuan memberi gratifikasi dicecar tim khusus. Didapatlah nama Soetikno Soedarjo yang menjadi perantara lobby ke Dirut Garuda. Emirsyah didakwa menerima suap Soetikno sebesar 46 Milyar yang ditanggapi Emirsyah sebagai hal wajar sebuah tindak gratifikasi. Sebagian uang korupsi Emirsyah tidak semuanya masuk kantong, entah berapa persennya dipastikan masuk ke setoran Nazaruddin selaku pengepul dana korupsi.
Untuk apa semua korupsi Satar di Garuda itu yg dilindungi Sudi Silalahi dan diselamatkan CT? Dipastikan untuk dana politik Pileg dan Pilpres 2014, saat Pepo harus menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan rezimnya kepada orang yang tepat. Skenario rapi, dana tak berseri dikucurkan semua porak poranda oleh seorang tukang kayu yang menyelinap tak terprediksi di tikungan terakhir. Jokowi diluar dugaan dan prediksi pakar politik berhasil mengalahkan Prabowo-Hatta pada Pemilu dramatis 2014.
Pepo hanya bisa prihatin lalu menepi sambil menciptakan lagu. Jadi kalau mau tuntas urus benang kusut di Garuda, Nazaruddin bisa jadi bahan rujukan investigasi. KPK sudah pernah mencobanya tetapi kena mental, tinggal Kejaksaan yang masih bernyali sudah saatnya bersih-bersih tanpa pandang bulu.