Pancasila, Marhaenisme Dan Sukarno
(Bagian. 1)
Penulis : Mulyadi Soma M
Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada di atas bumi”, Tan Malaka dihadapan polisi Inggris di Hongkong Tahun 1932
Soekarno ternyata belum mati, setidaknya ajaran-ajarannya tentang dasar negara, setidaknya tentang semangatnya akan persatuan bangsa, setidaknya tentang pengabdiannya kepada negerinya, setidaknya fotonya bagi yang hanya mengaguminya, membanggakannya dan merindukannya yang dapat mempersatukan solidaritas nasional.
Hal ini terbukti dari perjalanan sejarah bangsa ini, dimana gugurnya seorang proklamator Soekarno karena dijauhkan dan masyarakat yang disayanginya, la mati dalam misteri, apakah mati di bunuh atau mati wajar dan testamennya pun untuk di kubur di daerah Bogor tidak diperbolehkan oleh penguasa pada waktu itu dan akhimya penguasa yang mengklaim dirinya orde baru pun tumbang oleh kekuatan mahasiswa.
Kekuatan mahasiswa yang menumbangkan orde lama bekerjasama dengan kekuatan militer pada saat itu yaitu Angkatan Darat (AD) sementara ini kekuatan mahasiswa yang menumbangkan orde baru (revolusi Mei 98) adalah riil melawan dan berlawanan dengan kekuatan ABRI pada saat itu sebagal alat kekuasaan belaka kedaulatan rakyat tidak menjadi realitas. Hancurnya kekuatan orde lama cukup dengan satu orang Arief Rahman Hakim yang tertembak oleh PAHH (Pasukan Anti Huru Hara) kemudian dipolitisir sedemikian rupa oleh elit ABRI pada waktu itu untuk menyingkirkan dan mengkudeta Soekarno, sementara tumbangnya orde baru, banyak generasi muda yang harus menjadi tumbal lebih kurang 200 orang meninggal dan banyak yang diculik dan ditamatkan riwayatnya tanpa diketahui oleh orang lain (banyak aktivis yang hilang).
Hidup dari pihak militar yang menjadi korban keganasan Soeharto apalagi yang sipil Artinya begitu mahal sebuah perubahan politik dari era orde baru ke era reformasi, untuk itu kita harus bisa menghargai sebuah perubahan dengan segala kebijaksanaan agar peristiwa serupa tidak terulang.
Belajar dari sejarah bahwa sesuatu yang didapat dan dinikmati dengan tidak halal yaitu menyengsarakan orang lain, lambat laun akan berakibat pada kehancuran dirinya sendiri, kita tahu bahwa pengobatan ilmu kedokteran yang semakin canggih pun berawal dari pelajaran masa lalu dan hukum dalam memutuskan perkara yang adi adalah belajar dari keputusan-keputusan yang adil juga pada masa lalu, semua dicatat dan dipelajari mana yang baik dan mana yang buruk. Mungkinkah seorang Soeharto yang baik itu akan dicaci maki dan dihujat oleh masyarakat, mungkinkah masyarakat percaya akan keterangan Soeharto yang menyatakan dirinya tidak punya uang se-sen pun? dst..dst atau sejarah akan terbalik suatu saat nanti setelah Soeharto mati bahwa kebesaran dan kebaikannya akan diingat dan dipuja?
Soekarno jelas kekuasaannya direnggut oleh Soeharto sehingga semua yang mendukung untuknya lengser pun tidak terkuak kebenarannya, mulai dari Supersemar yang katanya hilang dokumentasinya sampai dengan peradilannya yang masih hitam untuk masyarakatnya dan sampai akan memasuki abad millenium pun ternyata sosok Soekamo masih sangat didambakan oleh masyarakat. Banyak yang menyatakan bahwa kemenangan PDI Perjuangan pada pemilu 1999 adalah faktor Megawati yang anaknya Soekamo bukan Megawati sebagai pemimpin PDI Perjuangan sebagai pribadi.
Soekarno, banyak yang kita pelajari darinya salah satu yang cukup penting adalah pandangannya tentang kehidupan berbangsa dan bernegara dan ide dasar tentang ideologi Pancasila yang banyak membuatnya buram tentang hubungannya dengan Marhaenisme
dimana untuk era reformasi ini bicara tentang semua itu akan membuka wacana baru untuk bebas berpikir memperkaya khazanah penggalian tentang cikal dan bakal dari ideologi bangsa ini yang jaman orde baru diharamkan
Bersambung…