Urusan lobby para Direksi BUMN dengan Menteri yang satu ini gampang-gampang susah. Hal-hal terkait etika jadi catatan penting Menteri menyemprot anak buahnya. Mereka para Direksi BUMN “sakit” tapi masih bermental arogan.
Erick yang paham betul tradisi makan siang di kalangan pengusaha, pejabat, direktur yang selalu punya agenda “pencitraan”. Makan siang di tempat mewah menjadi “bermasalah” dengan etika ketika yang mengundang sedang bermasalah dengan manajemen pengelolaan BUMN. Erick tidak butuh previlage hanya untuk urusan lobby internal. Baginya jabatan bukan keistimewaan, tapi amanat untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi.
Jangankan makan di restoran paling mahal se Indonesia, beberapa restoran mewah dia bisa buat sendiri. Erick menjadi menteri bukan berbekal “ngemis” jabatan. Kekayaannya sudah cukup untuk hidup 7 turunan berstandar mewah.
Persoalan mental Direksi BUMN menjadi agenda penting Erick Thohir mereformasi kinerja dimulai dari empati. Bukan sekedar tambal sulam jajaran direksi atas dasar “pesanan” untuk memperbaiki kinerja. Urusan akhlak itu kunci utama ukuran seorang Direksi bekerja untuk uang dan jabatan atau untuk melayani.
(TimRedaksi-SN)