Sosok fenomenal yang satu ini memang sengaja mempersilahkan dirinya diserang oleh publik. Pernyataan kontroversial sengaja dilontarkan untuk strategi playing victim
Anies butuh traffict popularitasnya terjaga, selalu jadi bahan pembicaraan berasumsi positif ataupun negatif. Fanatisme pendukungnya sudah membatu, bahkan siap berjihad jika itu jadi doktrin membela Gubernur Ibukota dengan APBD 82 Triliun itu.
Ini hanya persoalan pragmatis yang dikemas perseteruan dua kubu besar. Anies mesti menunjukkan keberpihakannya pada kelompok yang sudah mendukungnya. Mereka yang selama ini sudah dibina dengan masif dan sistemik lengkap dengan asupan dananya.
Stadion JIS yang seharusnya menjadi karya kebanggaan seluruh penghuni negeri, dalam otak strategi Anies dimodifikasi menjadi seolah-olah sebuah perebutan kepemilikan. Publik akhirnya paham apa yang sebenarnya terjadi dalam proses pembangunan Stadion (katanya) tercanggih se Asia Tenggara tersebut. Banyak jasa dan sumbangsih pendahulu Anies yang hilang terkubur hanya dengan satu klaim pernyataan.
Stadion diklaim milik umat dan jama’ah, bersaing jadi tempat ibadah selain Istiqlal, itu tidak berhenti hanya di moment Idul Fitri. Tidak mustahil jadi lokasi Tabligh Akbar memindahkan alumni Monaslimin ke Stadionlimin?
Anies dan BTP ibarat bumi dan langit. BTP membangun sarana dan prasarana ibukota dengan skema CSR, sebuah terobosan briliant yang mengancam kelangsungan hidup tikus-tikus koruptor. Pengusaha yang “dipalaki” BTP sudah sepakat, namun itu artinya menutup matapencaharian tikus-tikus anggaran.
Di bawah kepemimpinan Anies, apapun pembiayaan proyek DKI dikembalikan ke pos APBD, karena disitulah lumbung proses kolusi terjadi masif. Tradisi mark up anggaran yang sempat terganjal di era BTP kembali mendapat angin segar. Pembelanjaan rutin jadi proyek banca’an yang dilegalkan secara struktural.
Puasa korupsi saat BTP menjabat, di bawah kepemimpinan Anies jadi penanda bedug buka puasa, membabi buta menyantap kue takjil proyek-proyek. Anies menjadi dewa penyelamat periuk nasi gerbong penjahat anggaran.
Di DKI Anies sudah membuktikan janjinya. Keberpihakan kepada maling berdasi untuk berbagi dana patungan warga Jakarta berupa APBD. Membiarkan pemborosan menjadi role model manajemen keuangan yang menghidupi banyak kepentingan. Kemudian beringsut dengan janji lebih besar lagi yaitu : Indonesia.
Siapa penjahat dari dalam maupun luar negeri yang tidak ngiler dengan tawaran tersebut? Inilah potensi gerbong dukungan logistik yang siap mengembalikan demokrasi Indonesia mundur 30 tahun lagi. Kembali di era orde baru dimana tuduhan oligarki yang disematkan kepada Pemerintah Jokowi, justru sedang direstorasi ulang oleh Anies. Potensi ekonomi mesti direbut dengan mengatasnamakan kelompok mayoritas yang se-Iman dan pribumi
Ini bukan lagi masalah warga Jakarta. Keberhasilan DKI sebagai Pilot Projectnya akan diterapkan Main Projectnya di Indonesia. Anies sudah mempersiapkan strategi antisipasi saat skema manajemen pengelolaan daerahnya diserang.
Sebagai eksekutif, Anies sudah mengkondisikan simpul-simpul legislatif. Kepolisian, Kejaksaan bahkan KPK untuk urusan kasus-kasus di DKI lebih memilih “wait and see”. Betapa mereka tidak berdaya di bawah politik identitas yang dijalankan menjadi “sihir” yang menakutkan untuk dilawan. Trauma 7 juta umat mengepung Monas masih membekas, kalau bukan Jokowi yang meredam Indonesia sudah menjadi perang saudara Suriah kala itu.
Jika tidak ada aral melintang, Gubernur JIS akan maju menjadi Calon Presiden JIS juga. Sebagai sosok yang sudah memiliki massa, negosiasi dengan Partai Politik hanya urusan transaksional saja.
Anis yang menunggangi Partai atau Partai yang menunggangi Anies. Keduanya sama sama “ngerjain” demokrasi.
Siapapun lawannya pada akhirnya sebagian kita tidak peduli. Gerakan ABA (Asal Bukan Anies) akan lahir sebagai bentuk antisipasi kengerian apabila Anies jadi Presiden. Sinyalemen sudah terbaca bahkan bagi yang gagap politik sekalipun.
Perjuangan menggagalkan Anies menang, itulah jihad demokrasi yang terpenting untuk menyelamatkan NKRI. Bukan jihad menyelamatkan Agama yang sedang dipinjam Anies untuk bermain-main politik.
Kita bukan benci Anies, cuma capek diam aja.
Penulis : Ki Bono Subeno