Peraih Nobel terbanyak berdasarkan agama yang dipeluk adalah Kristen disusul Yahudi. Yahudi memang mencengangkan. Meskipun populasinya hanya 0,2% tetapi mampu meraih 21% Nobel.
Apa yang salah dari umat Islam? Mengapa tertinggal sedemikian jauh dibanding saudara-saudaranya yang Kristen dan Yahudi?
Setidaknya ada 2 faktor penyebab : epistemologi yang bermasalah dan dominannya Islam politik. Mirip dengan yang terjadi di Eropa pada abad pertengahan, abad kegelapan karena pada ratusan tahun di periode itu tidak ada penemuan-penemuan berarti dan … anehnya disebut juga abad religi!
Gereja mendominasi kehidupan, baik secara politik, budaya, bahkan ilmu pengetahuan dengan credo ut intelligem.
Imani dahulu, baru kemudian dimengerti.
Jadi, argumen disusun untuk membenarkan keimanan, suatu prinsip yang tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan yang menekankan sikap skeptis.
Kalau Anda menganggap agama tidak kompatibel dengan akal, sebenarnya Anda tengah menghina Tuhan karena tidak bisa memperkirakan daya tangkap manusia. Tidakkah sekarang ini terdengar sebagai hal yang sering terjadi pada umat Islam?
Sayangnya, hampir tidak ada perhatian yang serius tentang hal ini. Padahal, kunci untuk menempatkan agama secara benar adalah : “selesainya” masalah epistemologi, sehingga kita bisa mengatakan tanpa ragu sedikit pun bahwa tiada agama bagi orang yang tidak berakal. Kalau ini tidak segera dibereskan, sebenarnya umat Islam setapak demi setapak telah mundur ke abad pertengahan.
Faktor kedua adalah dominannya Islam politik yang membuat orang sulit untuk berpikir obyektif, karena identitas lebih penting dibanding hal-hal yang esensial.
Langkah pertama untuk mengubahnya : be sportif! Akui saja kalau kita itu tertinggal jauh.
Atau mau langkah yang lain? Bisa. Syurgah nggak perlu Nobel Bosskuh…
Penulis : R Widi Nugroho