Deradikalisasi

banner iklan 468x60

Setelah FPI dan HTI dibubarkan, para pengikutnya seperti anak kehilangan induknya. Mereka ini sebagian ada yang jadi lone-wolf atau serigala kesepian. Biasanya sangat mudah diprovokasi oleh aktor intelektual untuk tujuan politik. Biasanya provokasi mereka tidak sulit. Cukup mengulang ngulang narasi dari para mentor sebelumnya. Mereka siap jadi serigala penyerang. Mereka tidak peduli resiko dirinya.Mereka sangat yakin bahwa apa yang dia lakukan menuju surga yang dijanjikan Allah.

Kesalahan terbesar pemerintah adalah membubarkan HTI dan FPI tanpa diikuti dengan program deradikalisasi yang masif. Mereka bukan pelaku terorisme dan radikalisme, tetapi benih intoleransi dari tujuan mereka masuk organisasi sudah pasti ada.

Kita bisa belajar dari kehebatan China melakukan deradikalisasi di wilayah Xinjiang, Pertama, para pemikir atau aktor intelektual nya di tangkap. Mereka tidak dipenjara. Tetapi ditempatkan dalam camp pembinaan. Mereka dijauhkannya dari semua media massa dan buku bacaan. Mereka hanya disuruh kerja. Di camp itu ada pabrik beragam. Disitulah mereka bekerja dan mendapat gaji. Otomatis tidak bisa berkumpul sesama mereka lagi, berbaur dengan pekerja lain.

Sementara para lone-wolf yang ditangkap tidak juga dipenjara. Mereka tidak dipekerjakan di camp bersama aktor intelektualnya. Tetapi masuk program pendidikan ketrampilan yang siap menjadikan mereka punya kompetensi untuk masuk lapangan kerja. Yang mau berwiraswasta usaha kreatif diberikan informasi peluang usaha dan pelatihan mengenai produk knowledge juga bantuan pemodalan. Setelah lulus proses training. Mereka dipekerjakan ke pabrik di luar camp. Sudah ada ribuan pabrik yang siap menampung mereka. Yang mau wirausaha dapat kios dan tempat usaha.

Tahun 2014 camp deradikalisasi itu dioperasikan. Camp itu dibuat diam-diam dengan anggaran ratusan triliun rupiah. Namun akhirnya 2019 bocor di media massa. Siapa yang bocorkan? New York Times. Otomatis jadi issue Internasional. Barat dan AS menuduh China melanggar HAM. Tetapi China bijak mereka enggak menggubris. Justru China undang ormas islam seperti NU, Muhammadiyah datang ke berkunjung ke camp tersebut. Melihat sendiri apa yang terjadi di camp. Benarkah yang ditulis barat itu ? Ternyata AS memang sebarkan hoax soal xinjiang.

Apa yang terjadi kemudian?
Tahun 2021 praktis tidak ada lagi program radikalisasi di Xinjiang. Para aktor intelektual sudah dipulangkan ke rumah. Mereka sekarang kesepian. Mengapa ? karena para pengikutnya pada sibuk kerja dan wiraswasta. Mesjid sepi pengunjung. Orang lebih suka sholat di rumah. Agama tidak lagi ada di ruang politik, tetapi masuk ranah privat menjadi karakter amanah, pekerja keras, dan kreatif. Mereka memakmurkan bumi lewat kerja bukan lewat congornya.

Penulis : Erizeli Jely Bandaro

banner 120x600

Tinggalkan Balasan