Pernah Ada Polisi Jujur Di Indonesia

banner iklan 468x60

Markas Korps Lalu Lintas Polri di jalan MT Haryono, Jakarta, begitu megah. Fasilitasnya baru dan modern. Sayang, diduga ada aroma busuk di dalamnya. Pada 31 Juli 2012, belasan penyidik KPK mengobrak-abrik markas tersebut. Mereka mencari bukti-bukti keterlibatan Kepala Korps Lalu Lintas Irjen Djoko Susilo dan Brigjen Didik Purnomo dalam kasus dugaan korupsi simulator SIM. Orang nomer satu di Jajaran Polisi Lalu Lintas itu akhirnya masuk penjara dengan segudang bukti dan benda sitaan hasil korupsinya.

Sejenak kita kembali ke 54 tahun yang lalu. Pada tahun 1968 seorang pejabat Polisi bernama Brigjen Pol Ursinus Medellu. Dialah Pejabat polisi jujur yang merintis pembangun markas korps lalu lintas itu dengan susah payah. Pencipta konsep BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, pada tahun 1960-an) dan Tilang (Pengganti Langsung) melihat bahwa pendapatan dari hasil BPKB ternyata cukup besar. Meski begitu, sedikitpun tak terlintas di benak Ursinus Elias Medellu untuk mencari keuntungan, apalagi korupsi. Semua pendapatan itu oleh Ursinus, digunakan untuk kesejahteraan polisi. Ursinus mewujudkan itu dengan melakukan sejumlah pembangunan, salah satunya adalah kantor Direktorat Lalu Lintas (kini Korps Lalu Lintas).

Lima bulan berjalan, Ursinus yang sibuk baru melapor ke Panglima Angkatan Kepolisian (kini Kapolri) Jenderal Hoegeng Imam Santoso. Ursinus menjelaskan jika pembangunan gedung utama waktu itu memakan biaya Rp 50 juta lebih

“Maaf Komandan, saya sudah menggunakan uang BPKB untuk membangun gedung. Rencananya untuk kantor Direktorat Lalu Lintas, karena ruang kerja kami di gedung Mabak terlalu penuh sesak,” katanya.
Ursinus harap-harap cemas karena khawatir pembangunan itu tak disetujui.

“Tapi kalau tidak disetujui, sudah ada orang yang mau membeli dengan harga Rp 120 juta. Jadi kita masih untung Rp 70 juta,” jelasnya kemudian. Jawaban Jendral Hoegeng ternyata di luar dugaannya :

“Itu uang rakyat, sudah semestinya dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Polisi kan rakyat juga? Yang penting jangan serupiahpun kamu makan uang rakyat itu.” Jawab Jendral Hoegeng sekaligus menasihati.

Kini lebih 50 tahun kemudian, usaha keras Ursinus membangun gedung tersebut dengan dedikasi dan kejujuran telah dikhianati oleh oknum polisi korup yang tak pernah mau tahu sejarah. Ursinus membangun kantor dan sarana lalu lintas Polri dengan fasilitas terbaik ketika itu. Saking semangatnya bekerja keras untuk Polri, jenderal jujur ini lupa memperhatikan kesejahteraan keluarganya. Dia mati-matian mencicil rumah dengan uang pensiunnya. Saat itu belum ada kebijakan jatah rumah Dinas. Asrama Polisi tersedia berderet tak memandang pangkat. Jika ingin punya rumah ya harus mengusahakannya sendiri.

Ursinus adalah kisah seorang polisi yang menolak sogokan kontraktor bangunan yang memberinya satu almari es. Ia pernah menolak mentah-mentah 1.000 liter minyak sawit waktu menjabat Kapolda Sumut (1972-1975). Selalu mengecek kesiapan anak buahnya jam 04.00, dan kalau ada anak buah kedapatan menerima uang dari jalanan, tanpa ampun ia akan kirim ke pendidikan lagi. Ia tak pernah membawa pulang uang, selain hanya dari gajinya semata. Ia paling benci dengan korupsi dan itu dibuktikan dengan tindakan nyata.

“Kalau saya mau kaya, saya tak akan jadi polisi,” kata Ursinus yang tak mampu membeli rumah sendiri secara tunai. Ia membeli rumah cicilan, dengan lebih dulu meminjam uang ibu mertuanya untuk uang mukanya.

Ursinus bukan kisah polisi ecek-ecek, dia bukan pejabat rendahan, karena ia pernah menjadi Direktur Lalu Lintas Markas Besar Angkatan Kepolisian (1965-1972), Kapolda, dan pernah punya proyek BPKB, dan membangun markas polisi lima lantai di MT Haryono. Ursinus menciptakan konsep tilang (pengganti langsung) untuk menekan korupsi polisi di jalanan, tapi yang terjadi sekarang adalah sebaliknya. Tilang di jalanan adalah teknik jitu polisi rendahan mencari uang rokok. Dan itu kita akui sudah menjadi rahasia umum.

Beliau adalah juga pengajar di PTIK (1975-2000), dan menjadi pengajar Djoko Susilo, terpidana korupsi Simulator SIM. Dan apa kata Ursinus tentang sang Koruptor Djoko Susilo: “Dia adalah murid kesayangan saya, dan dia murid terpintar, tak ada Komandan Lalu Lintas secerdas Djoko Susilo. Sayangnya dia tidak jujur”.

Murid terpintar itu, tak sejujur gurunya. Sang perintis Brigjen Purn Ursinus Medellu itu meninggal tanggal 8 Januari 2012 dengan meninggalkan seorang istri dan 2 anak putra putri yang hanya lulusan SMA karena keduanya tak ada biaya melanjutkan kuliah. Ursinus meninggalkan kemuliaan dan tauladan yang jarang bisa diikuti di masa sekarang.

Tabik Jendral

Red-SN Dari berbagai sumber

banner 120x600

Tinggalkan Balasan