Seperti yang kita lihat bersama, Agustus menjadi bulan paling berat bagi institusi Kepolisian Indonesia. Sebuah peristiwa kriminal besar yang melibatkan salah satu petinggi Polri mengejutkan banyak pihak, baik dalam maupun luar negeri.
Berbagai pihak menyayangkan terjadinya peristiwa tersebut. Polri sebagai institusi penegak hukum melakukan tindakan melawan hukum yang terungkap secara terang benderang. Pembunuhan berencana tingkat tiga dengan indikasi motif pribadi saat ini sudah ditangani tim khusus telah menetapkan beberapa tersangka pelaku dan otaknya.
Marwah Institusi Kepolisian sedang diuji integritasnya. Publik mengawal kasus secara real-time melibatkan media massa, lembaga independen dan para ahli hukum dan kriminal.
Ormas Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) melalui ketua umumnya AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) merespon insiden di tubuh Kepolisian tersebut dengan mengedepankan antisipasi terjadinya polarisasi di masyarakat.
“Masyarakat harus percaya Kepolisian akan bekerja profesional, transparan dan tegak lurus pada aturan. Hukum tajam ke atas tumpul ke bawah sedang dibuktikan oleh Polri” jelas Gus Wal dalam wawancara via telepon dengan awak media suluhnusantaranews.com pada hari Kamis (1/9).
Gus Wal menyayangkan pihak-pihak yang sengaja menggoreng persoalan penegakan hukum ini ke ranah sentimen negatif kepada Kepolisian.
“Serahkan prosesnya pada tim penyidik, mereka yang dipercaya mengusut tuntas berpegang pada saksi dan bukti yang ada, bukan lagi berdasarkan rumor apalagi kabar burung yang beredar di media” tambah Gus Wal.
Tugas dan tanggungjawab Kepolisian tidak hanya berhenti pada satu kasus ini saja. Banyak pelanggaran hukum lain muncul tiap jam yang mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban.
“Kepada semua pihak, sudahi memperbincangkan kasus itu saja. Jangan sampai kita jadi melupakan ancaman aksi teroris radikalisme yang juga terus terjadi. Intoleransi di berbagai daerah, antek khilafah yang terus bergerilya justru menyukai situasi yang berlarut-larut ini” papar Gus Wal mengingatkan kita semua.
430 ribu personil Kepolisian lain tetap bekerja menjaga stabilitas keamanan di 37 propinsi. Sementara publik seolah diarahkan fokus hanya terpaku pada satu kasus saja, menjadi celah bagi pihak-pihak anti pemerintah untuk menunggangi kasus tersebut.
“Cek fakta di media sosial, sudah ada kelompok yang menyuarakan pembubaran Densus 88 hanya gara-gara kasus oknum petinggi Polri tersebut. Upaya delegitimasi Kepolisian mulai dilakukan masif, merekalah yang selama ini membuat kekacauan dan menjadi incaran aparat. Usut segera atau itu menjadi pembenaran jika dilakukan pembiaran” tegas Gus Wal geram.
Agenda terpenting kita adalah menjaga persatuan dan kesatuan menjelang masa transisi pemerintahan 2024 nanti. 2 tahun berjalan ini menjadi masa paling rentan dimanfaatkan kelompok anti pemerintah untuk memecah belah. Kita tetap butuh Institusi Kepolisian yang Presisi dan dewasa menyelesaikan persoalan sebagai bentuk tanggung jawab bela negara dan bangsa.
Mengutip kalimat Menkopolhukam Mahfud MD
“60 Tahun kita mempunyai Polisi yang jelek, jauh lebih baik daripada 1 malam saja tidak ada Polisi. Satu malam saja Polisi mogok, paginya sudah hilang Negara ini”
Tim Redaksi-SN