Beredar foto dua orang kakak beradik yang memohon perhatian pemerintah up: @KemensosRI terhadap kondisi mereka. Diunggah dari akun Twitter the Old Man @bangchoel menyebutkan anak perempuan dalam foto menderita downsyndrom, sedangkan kakaknya penyandang tuna daksa. Keduanya tinggal di rumah kontrakan, sang kakak bernama Dedi Sanjaya, alamat jalan Gabus, Pasar Inpres, Kelurahan Badak Bejuang, Kecamatan Tebing Tinggi Kota
Sumatera Utara.
Diketahui keduanya tidak mempunyai pekerjaan, hanya berharap kebaikan bantuan tetangga terdekat. Keduanya luput dari perhatian pihak terkait, mengaku belum pernah mendapatkan bantuan sosial.
Kondisi memperihatinkan tersebut kemudian direspon oleh @KemensosRI yang berjanji akan segera menindaklanjuti ke unit terkait (Red: DinSos Sumut)
Kasus warga berkebutuhan khusus luput dari perhatian pemerintah ini tidak akan terjadi jika semua pihak dari level RT, RW, Kelurahan hingga Gubernur tidak terpaku pada persoalan yang besar saja. Kenaikan BBM, insiden tembak menembak di Kepolisian, penangkapan buronan mafia sawit hingga pelaku korupsi pejabat. Hal yang nampak jelas disekitar terkait kesejahteraan dan hak hidup masyarakat tidak mampu yang dijamin negara, seringkali luput ditindaklanjuti.
Media sebagai corong demokrasi mengambil perang penting terputusnya rantai kordinasi birokrasi dampak ego sektoral yang masih terjadi. Saling melempar tanggung jawab antara Pemda dengan Dinas Sosial seharusnya tidak perlu terjadi apabila setiap individu mempunyai rasa empati.
Angka kemiskinan di Indonesia yang masih berada di angka 26,16 juta jiwa membutuhkan kerjasama antar lini. Mengentaskan kemiskinan menjadi tanggung jawab golongan mampu bersama pemerintah menjadi bukti negara hadir melindungi warganya.
Kecepatan dunia digital memungkinkan informasi berkembang cepat tanpa batas ruang dan waktu. Sesuatu yang seharusnya diimbangi kecepatan respon nyata juga.
Tim Redaksi-SN
