Sosoknya dikenal luas sebagai pejabat sekaligus pengusaha. Termasuk minim untuk urusan lawan politik, karena selain tidak bernaung di salah satu Parpol, dia juga jarang berkonflik dengan Parpol manapun.
Integritas dan loyalitas Erick Thohir sedang menjalani ujian. Membenahi BUMN yang dikenal sebagai sarang oligarki rezim apapun, itu bukan pekerjaan mudah. Rumor BUMN menjadi tempat cuci tangan beberapa kepentingan Thohir Family tidak bisa dihindari. Menandakan Erick tidak alergi pada bumerang yang berbalik padanya.
Kementerian basah dengan segudang persoalan klasik amburadulnya pengelolaan satu persatu ditata ulang. Asabri, Jiwasraya, Krakatau Steel, Pupuk Indonesia, dan Garuda baru sebagian konspirasi benalu yang sedang berupaya dicabut akarnya.
Sementara gerakan akar rumput semakin rajin melambungkan potensi Erick sebagai salah satu kandidat untuk bertarung dalam suksesi 2024. Kantong-kantong relawan mulai masif mensosialisasikan, saking getolnya kampanye sampai lupa Erick mau didorong sebagai apa? Kalau Capres mesti merapat ke Partai mana? kalau Cawapres mesti tandem dengan siapa?
Class milenial yang sebelumnya hanya mengenal Sandiaga Uno, kini mulai berpaling ke Erick Thohir. Keduanya kini dirangkul Jokowi untuk berbuat sesuatu dari dalam. Sandi dan Erick berpotensi menjadi tandem siapapun Capres yang diajukan Parpol. Setidaknya secara dukungan cost politik mereka sudah lebih siap.
Sementara gesture politik Jokowi tidak bisa dipungkiri lebih condong ke Ganjar dengan segala dinamika kontroversinya. Pilihan berikutnya untuk cawapres, Jokowi sudah merapikan jalan menjadikannya berpasangan dengan Erick. Pendukung Ganjar dan Erick ya pendukung Jokowi juga. Mereka yang seharusnya paham sesuatu yang tersirat dari politik simbol yang dimainkan Jokowi. Meskipun berstatus petugas partai tapi Jokowi sedang memegang kartu As urusan pendukung militan.
Hingga pada waktunya tersurat, semuanya sudah sepakat bahwa pasangan Ganjar Erick menjadi komposisi ideal penerima estafet kepemimpinan. Apapun skenario para elite setidaknya suara akar rumput juga berhak mengajukan tawaran skenario juga, kan?
Sementara calon kontestan lain sedang sibuk saling sowan dan foto bareng sesekali umbar sinyal kedekatan, menggoda pakar cucoklogi untuk memprediksikan kemungkinan. Akankah 2024 kertas suara salah satu fotonya dia lagi dia lagi? 20 tahun sejak masih glowing sampai kini wajahnya mulai berkerut di TPS ketemunya dia lagi?
Ini bukan masalah bosan atau fanatik. Tapi menjadi sinyal kemunduran demokrasi. Seolah Republik ini tidak mengijinkan wajah baru menghiasi kertas suara, minim stok pemimpin.
Atau mungkin dia maju untuk kalah demi memenangkan lawannya?
Entahlah.
Penulis : Dahono Prasetyo