Hati Nurani Koruptor Dan Pelacur

Retrospeksi Sosial

banner iklan 468x60

Hati Nurani adalah penanda dari moralitas manusia. Menandai masih berfungsi atau tidaknya hati nurani itu “sangat sederhana”.

Kalau seseorang berbuat baik secara norma moralitas, ia akan merasa bangga dan bahagia. Sebaliknya kalau ia berbuat buruk secara norma moralitas ia akan merasa menyesal dan merasa malu.

Hati nurani tidak berfungsi kalau seseorang merasa bangga dan tidak menyesal ketika melakukan tindakan buruk secara moral. Menyesal justru ketika melakukan keputusan tindakan kebaikan dan kebajikan moral.

Meskipun hanya foto, namun kita bisa mendefinisikan kedalaman maknanya. Dua foto dalam kaitan nurani menjadi ironi yang amat getir. Yang diatas para foto koruptor ketika berpose dengan seragam oranye. Mereka mengacungkan tiga jari tersenyum lebar. Selembar-pun tida ada rasa penyesalan dan malu di wajah mereka, justru bangga.

Sedangkan yang dibawah adalah lima pelacur yang digrebeg dan ketika difoto menyembunyikan wajahnya karena malu.

Kita berani menyimpulkan bahwa para koruptor telah kehilangan fungsi hati nuraninya. Para koruptor telah kehilangan fungsi kemanusiaan yang paling penting. Karena sejatinya melalui hati nurani, menjadi tempat Tuhan membisikkan warta Mahabenar-Nya.

Sedangkan para pelacur yang tertangkap razia, masih memiliki rasa malu, masih menyimpan hati nuraninya. Para pelacur, seburuk apapun mereka, masih memerankan diri sebagai manusia yang siap terbuka menerima bisikan suara kebenaran.

Dalam hal nurani, kita masih menaruh hormat kepada para pelacur dan terpaksa kita harus kehilangan rasa hormat kepada para koruptor.

Penulis : Achmad Harris Zubair

banner 120x600

Tinggalkan Balasan