Kenaikan BBM Melahirkan Generasi Oposisi, Berposisi Dimana Kita?

Analisa Politik

banner iklan 468x60

Dalam sejarah penggulingan pemimpin tertinggi suatu negara, selalu gagal ketika tidak didukung kubu militer. Atau impeachment seorang pemimpin-pun butuh dukungan pihak Militer dan Kepolisian. Kedua institusi pertahanan dan keamanan negara menjadi kekuatan kunci saat negara harus pecah atau tetap utuh dalam kondisi apapun. Tugas mereka mempertahankan keutuhan negara dari ancaman dari dalam dan luar negeri.

Persoalan bangsa yang diselesaikan di jalanan membuktikan kebuntuan para elite oposisi menyalurkan kegelisahan mereka di parlemen. Sudah tidak mempercayai kanal-kanal demokrasi yang dibangunnya sendiri. Lalu sibuk membangun kekuatan massa di jalanan, menekan pemerintah dengan ukuran kuantitas, bukan kualitas.

Mandat elite politik sebagai wakil rakyat dikembalikan lagi kepada kepada rakyat untuk berperan langsung menentukan kebijakan. Parlemen jalanan diciptakan dengan dalih kebuntuan menyalurkan aspirasi. Mengambil resiko chaos demi menembus jalan buntu menjadi pilihan terburuk yang harus ditempuh.

Sekedar mengingatkan bahwa sebesar apapun demo kekecewaan masyarakat kepada negara dan pemimpinnya. Sebanyak apapun korban jatuh dan seberapa parah kerusakan yang ditimbulkan akibat aksi jalanan, selama TNI dan Polri masih solid dibawah komando Presiden, maka aksi demo yang menjadi tindakan kriminal anarkis yang harus ditindak.

Sejarah mencatat kepemimpinan Soekarno jatuh karena terjadi perpecahan hebat di kubu militer. Superior Angkatan Darat pada saat itu terbelah 2 kubu. Antara pendukung Soekarno dan Soeharto yang berujung peristiwa penculikan dan pembunuhan 7 jenderal Angkatan Darat.

Di era Soeharto kubu militer pun pecah. Antara mempertahankan rezim Soeharto dan mendukung Reformasi. Kerusuhan Mei 1998 terjadi bukan karena aparat keamanan tidak kuasa mengatasi aksi demo. Tetapi membiarkan situasi chaos tanpa penjagaan saat ribuan orang bebas menjarah, membunuh, membakar. Gedung DPR dikuasai mahasiswa karena aparat menarik pasukan dari tugas penjagaan.

Demo ungkapan ketidakpercayaan kepada Pemerintah sepanjang berakhir dengan anarkis akan menjadi anomali. Korban dan kerugian berjatuhan. Agendanya menjadi jelas saat koor turunkan Jokowi tanpa alasan logis semakin nyaring. Namun mereka lupa aksi yang berbuntut anarkis justru membuat TNI dan Polri semakin solid mempertahankan negara.

Berapapun jumlah yang turun di jalanan aparat tetap setia mengawal. Tugas itulah ujian kesetiaan mereka kepada bangsa saat ini. Fenomena para Purnawirawan yang mendadak tidak lagi setia pada pemerintah menjadi representasi peninggalan rezim Orde Baru dari kubu militer. Mereka yang dulu menikmati kenyamanan, namun paceklik di masa pensiun saat Jokowi memimpin.

Negara sedang butuh kepedulian warganya. Melihat permasalahan tidak sebatas yang terjadi di jalanan. Kalian yang turun ke jalan, mengotorinya dengan kebencian dan sumpah serapah, bersenang senanglah sepanjang aparat masih menjagamu, memperingatkanmu, menggebukmu saat kepentingan warga lain terganggu atas nama demokrasi sekalipun.

Karena disaat ada 1000 mahasiswa turun ke jalan, masih ada 1 juta mahasiswa lain di ruang kuliah tetap mengikuti pelajaran. Saat ratusan pelajar STM membuat kerusakan, masih ada ribuan pelajar STM lain yang serius mengejar masa depannya. Saat ribuan buruh berbondong-bondong memenuhi jalanan, masih ada jutaan buruh lainnya yang bekerja demi anak istrinya.

—–

Penulis : Dahono Prasetyo

banner 120x600

Tinggalkan Balasan