PDIP selalu punya cara menciptakan polemik untuk mempertahankan popularitas partai. Nuansa kampanye calon lebih kental daripada mencari tahu fungsi dan manfaatnya bagi kenaikan BBM atau BLT yang belum turun. Memang tidak nyambung juga, tapi ibarat orang sedang serius nonton Drakor tiba-tiba disuguhi film komedi Mr Bean.
Dalam algoritma dunia maya, popularitas diukur dari sebanyak ada kata PDIP disebut dalam pemberitaan apapun. Baik positif, negatif atau abu-abu sekalipun. PDIP sedang melakukan propaganda sayap untuk menanamkan image partai yang paling sering disebut, ditulis, dipikirkan oleh publik.
Pembentukan relawan kelas elite dengan nama Dewan Kolonel sebagai dukungan mesin politik untuk Puan Maharani. Ibarat PDIP sedang menciptakan kubu resmi bagi gerbong dukungan pencapresan Puan. Secara tidak langsung ingin mengklaim siapapun kader PDIP yang tidak merapat ke Dewan Kolonel, berarti tidak pro Puan.
Siapa Saja Anggota ‘Dewan Kolonel‘?
Hingga hari ini baru ada belasan anggota dewan yang tergabung dalam ‘Dewan Kolonel’. Kemungkinan akan terus bertambah seiring makin disosialisasikan. Berikut elite PDIP di ‘Dewan Kolonel’ berdasarkan penuturan Trimedya Panjaitan:
-Pencetus ‘Dewan Kolonel’: Johan Budi S Prabowo
-Koordinator ‘Dewan Kolonel’: Trimedya Panjaitan
-Komisi I: Dede Indra Permana, Sturman Panjaitan
-Komisi II: Junimart Girsang
-Komisi III: Trimedya Panjaitan
-Komisi IV: Riezky Aprilia
-Komisi V: Lasarus
-Komisi VI: Adi Satriyo Sulistyo
-Komisi VII: Dony Maryadi Oekon
-Komisi VIII: My Esti Wijayati
-Komisi IX: Abidin Fikri
-Komisi X: Agustin Wilujeng
-Komisi XI: Hendrawan Supratikno, Masinton Pasaribu
Menyikapi hal tersebut, relawan pro Ganjar seolah tidak mau kalah. Dewan Kopral dibentuk sebagai jawaban dari kubu yang tidak Pro Puan. Inilah yang disebut drama serius dibalas drama komedi meskipun keduanya sama-sama berujud ‘drama’.
Respon dan antusias publik bermacam-macam. Yang paling dominan menjadi justifikasi perpecahan yang memang benar terjadi di kandang Banteng. Bagi yang masih penasaran muncul pertanyaan benarkah PDIP sedang pecah kubu?
Jika dilihat dari kacamata politik itu bukan sebuah perpecahan. Tetapi begitulah mesin politik bekerja. Menjual ide yang tentunya tidak gratisan. Semakin banyak ide kreatif dimunculkan, akan ada perputaran dana operasional untuk menggerakkan ide tersebut.
Mesin partai pada gilirannya tidak melulu bergerak melalui bagi-bagi kaos, sembako, sebaran baleho. Mengunci pikiran publik untuk fokus pada satu nama, juga bagian dari kerja politik.
PDIP akan baik-baik saja hari ini dan kelak. Mereka hanya sedang menyeleksi kualitas calon penerus Jokowi dengan cara kreatif, sedini mungkin menuju 2024. Dan Megawati sedang menikmati dinamika tersebut demi sebuah keputusan penting menyerahkan golden tiket peserta Pilpres 2024 kepada siapa.
Di saat partai lain sedang sibuk berkoalisi, PDIP justru asik memainkan adrenalin kadernya sendiri plus publik dan para penontonnya. Pepatah bahwa politik Itu cair benar adanya, saking cairnya sampai keluar dari telinga, mulut, hidung dan lubang-lubang lainnya. Lalu otak jadi kosong??