Rencana aksi demo Akbar 2309 pada hari Jum’at (23/9/2022) di depan Istana negara mulai menuai kekhawatiran. Inisiator aksi GNPR (Gerakan Nasional Pembela Rakyat) yang tak lain adalah massa ormas HTI FPI yang telah dibubarkan mengusung 3 tuntutan :
1. Turunkan harga BBM
2. Turunkan harga kebutuhan pokok
3. Tegakkan supremasi hukum.
Sekilas tidak ada yang luar biasa dari tuntutan aksi demo, tetapi seperti yang selalu terjadi, aksi dari kelompok ormas radikalisme tersebut selalu berujung orasi turunkan Jokowi dan tegakkan khilafah dan hukum syari’ah.
Ketua Umum PNIB (Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu), Gus Wal menanggapi rencana aksi tersebut sebagai agenda menyuarakan khilafah dan politik identitas.
“Mereka kelompok yang punya track record buruk dan meresahkan masyarakat dalam setiap aksinya. Mengatasnamakan agama untuk mendelegitimasi pemerintahan NKRI dengan menunggangi issue ekonomi. Kita tidak boleh diam saja dan aparat harus tegas terhadap” seru Gus Wal.
Salah satu ciri kelompok mereka yang terlihat jelas adalah menggunakan angka-angka sebagai judul aksinya. Diharapkan menjadi demo berjilid mengingatkan kita pada kelompok 212. Seruan mengepung Istana dengan menggunakan atribut Islam seolah sedang memperjuangkan kepentingan agama mayoritas.
“Unjuk kekuatan mereka hanya sebatas menakut-nakuti, menteror, memecah belah masyarakat yang setia pada Pancasila dan NKRI. Tindakan anarkis selalu terjadi dalam rangka memprovokasi pihak keamanan yang mengawal demo. PNIB mengutuk keras dan menghimbau aparat dan masyarakat tidak terpancing skenario mereka” imbuh Gus Wal.
Jum’at yang seharusnya menjadi hari keramat untuk khusyuk beribadah teramat sayang jika terus dikotori aksi-aksi yang penuh amarah, geram dan niat jelek ada udang dibalik rempeyek yang tidak jelas argumentasi, data, hujjah dan alasannya melakukan aksi demo demo berjilid jilid seperti judi togel.
“PNIB sampai saat ini masih konsisten menolak paham khilafah, radikalisme, intoleransi terorisme dan politik iden. Tidak sebatas pada salah satu ormas saja, tetapi pihak-pihak yang senantiasa menggunakan mimbar dakwah untuk menyebarkan intoleransi, Politik Identitas dan pembodohan mengatasnamakan agama dan membela rakyat. Mereka memang dibiayai dan setia pada perintah bohir yang membayar mereka” jelas Gus Wal.
Issue ekonomi selama ini menjadi alasan mereka turun ke jalan. Padahal sesungguhnya agenda mereka adalah mengganti sistem negara ini. Mengganggap sistem yang mereka yakini mampu menyelesaikan semua masalah yang ada. Tidak ada satupun menganggap ada hal baik dalam setiap kebijakan negara dan pemerintah.