KEMBALIKAN REMPAH MENJADI EMAS SEPERTI KOLONIAL PERNAH MEMBUATNYA

Catatan Sejarah Rempah Rempah

banner iklan 468x60

Jalur Sutra yang fenomenal itu dibesarkan oleh propaganda politik yang masif. Luar biasanya, para ahli waris sekaligus pemilik nama ikonik itu pun demikian bangga pada kisah nenek moyangnya.

Tidak dengan Jalur Rempah Kuno milik kita, Indonesia. Dia terpinggirkan.

Jangankan dibicarakan dalam gairah, dia tak dilirik. Sejarah keberadaannya pun tak pernah diperjuangkan. Bahkan oleh para ahli warisnya sendiri.

Namun apapun itu, seperti sebuah monumen agung yang tak pernah berdiri, dia telah memberi nafas bagi peradaban dunia. Dunia tak akan pernah sama tanpa kehadirannya.

Tanpa jalur rempah kuno itu mustahil kitab suci berkisah megah tentang Ratu Seyba yang menyumbang rempah-rempah dan hingga banyak kayu cendana pada Raja Salomon pada abad 9 SM.

Tanpa jalur itu pula, mustahil bagi Firaun untuk mendapatkan layanan eksklusif bagi pengawetan jenazahnya. Rempah-rempah punya cerita itu.

Tanpa jalur rempah kuno itu, mustahil bagi banyak bangsa Eropa melayari rute yang masih gelap dan tak pasti. Dan saat rute itu terpetakan, Eropa pun berubah drastis. Serta merta, dunia pun terhubung seolah tanpa sekat.

Dan itu mustahil dapat terjadi tanpa sebab rempah-rempah. Rempah-rempah sebagai komoditas luar biasa berharga itu konon telah menjadi sebab bagi lahirnya banyak negara kaya di Eropa namun sekaligus bermakna derita besar bagi negara di mana rempah itu berasal.

Lebih dari 350 tahun dan terus saling bergantian, bangsa-bangsa barat itu seperti tak mengenal makna kata lelah saat menghisap kekayaan negeri ini.

Eksotis aroma kapulaga, kayu manis, cengkih hingga pala yang samasekali tak pernah mereka bayangkan ada, konon telah merubah makna sebuah maksud dari citarasa. Paradigma “taste” tiba-tiba mendapat pencerahan dan budaya rasa tak lagi sama dengan kemarin.

Itu baru dalam makanan, dalam dunia pengobatan pun perubahan besar terjadi. Dan rempah memang adalah TSK di balik itu semua.

Lantas, pantaskah kisah besar itu tak juga memantik rasa ingin kita untuk mencari siapa kita dulu pernah?

Bila gelap kisah besar itu seolah sengaja dibuat, kita memang tertatih saat mencari di mana petunjuk itu pernah ada. Saat kita tak mengerti harus mulai dari mana karena semua petunjuk seolah sengaja ditutup, kita pun menjadi gamang serta ragu.

Dan lantas tanya pun menyeruak : benarkah kita bangsa besar itu?

“Apapun terkait rempah, saya siap bersaing. Kalau kalian ragu dan tetap butuh merek dengan nama Beijing misalnya, saya buatkan, tapi kalian yang jual. Saya lebih senang dengan merek saya sendiri” kata sosok kalem dan sederhana itu saat ditanya tentang bagaimana kualitas obat atau jamu kita dibanding dengan China.

Dia sangat percaya diri terhadap tradisi rempah bangsa ini. Tak satupun bangsa di dunia ini akan mampu menjadi pesaing manakala bicara soal obat herbal.

“Ukurannya sederhana, orang yang sehat biasanya tidak masuk angin, badan nya pasti tidak pegal linu dan juga tidak panas dalam” ucapnya kalem.

 

Berangkat dari bahan dasar yang berasal dari ratusan jenis macam tanaman dan rempah, sosok itu telah memproduksi lebih dari 240 macam produk. Tepatnya ada 247 produk.

Seperti ingin mengulang sukses kisah perjalanan rempah kita dimasa lalu, produk berbahan dasar rempah asli Indonesia buatannya itu tiba-tiba sudah menjangkau Eropa, kawasan Arab, India dan China seperti dulu pernah.

Lebih jauh lagi, rempah dan tanaman obat asli Indonesia dalam rupa supplement dan makanan itu pun diterima di Amerika Serikat.

Bukan dibawa paksa seperti dulu saat mereka menjajah, rempah obat itu kini dikirim atas permintaan. Mereka sangat tahu apa yang mereka butuhkan dan maka mereka beli.

Ketika ditanya kenapa masyarakat dari negara-negara maju itu mau beli produk serupa jamu, pria berumur 76 tahun itu bicara tentang teknologi. Obat dan jamu yang diproduksinya itu telah menggunakan konsep farmasi. Dan maka pabrik dengan teknologi terkini pun mendampinginya.

Konon standarisasi produk dalam rupa Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) telah dikantonginya dan maka produknya tak terkendala aturan jelimet itu. Itu seperti pencapaian mustahil bahwa jamu telah dapat disejajarkan dengan obat.

Dan itu juga seperti rempah-rempah yang kembali mendapatkan pijakan kokoh untuk bicara dalam kancah dunia seperti dulu pernah.

Melalui inovasi, rempah kembali mendunia jelas kabar baik bagi bangsa kita, bangsa dimana dulu rempah adalah berharga dan telah membuat bangsa ini menjadi tujuan seluruh bangsa asing di dunia.

Melalui produk berupa warisan intelektual sekaligus budaya bangsa ini, rempah dan tanaman obat asli Indonesia itu memberi jembatan. Kelak, dengan jembatan yang ada ini, sejarah besar dan terlupakan jalur rempah kuno itu tak akan menemui kata mustahil untuk kembali kita deklarasikan.

Ini semua tak lepas dari usaha luar biasa seorang warga negara yang terpanggil untuk kembali memuliakan rempah-rempah kita.

Dia yang sejak kecil selalu bergumul dengan rempah itu sangat percaya bahwa rempah yang sama, rempah yang telah membuat Eropa kaya raya, tak mungkin akan memunggunginya.

Dengan berbasis riset dan teknologi, apa yang kemarin sempat dianggap kuno dan ketinggalan zaman itu dia bangun kembali dengan pride dan kejujuran.

Atas semua itu, bukan mustahil bila sedikit demi sedikit, kebesaran jalur itu, kisah asli bagaimana awal tersebarnya rempah kita itu kelak pasti akan terkuak dengan sendirinya.

Dan dunia, pada suatu saat nanti memang pantas berterima kasih pada Indonesia. Rempah-rempah adalah komoditas yang telah mengubah dunia. Dan kini, rempah yang sama, rempah yang telah bertemu dengan riset dan teknologi itu memang pantas untuk kembali mendunia. Itu MILIK KITA.

RAHAYU

Karto Bugel

https://www.facebook.com/100042100440357/posts/pfbid02Zk5QJPToemXv3rcktyvXrTgquqtc43CnYNsFKccup4L6kFEWub6DwZD75uJkq2AHl/

 

banner 120x600

Tinggalkan Balasan