Siapapun pasti terperangah dengan angka fantastis yang dikucurkan Jack Ma demi mengakuisisi saham mayoritas Tokopedia. Seorang CEO E-commerce terbesar di China punya apresiasi bisnis yang tinggi terhadap pangsa pasar di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Angka 14 trilyun digelontorkan Alibaba group bukan tanpa perhitungan. Prediksi keuntungan berlipat akan mudah dicapai dalam waktu singkat.
Lalu muncul pertanyaan, sudah tergadaikah pasar jual beli On Line di Indonesia? Secara jangka panjang tentu tidak. Dengan angka fantastis tersebut seorang Founder Tokopedia bisa membuat basis E-commerce baru lagi yang lebih kreatif. Keputusan melepas saham terbesar Tokopedia salah satunya karena memang di dalamnya 80% didominasi produk China yang kita tahu kompetisi harga yang lebih murah. Dalam era perdagangan bebas, barang murah dan variatif menjadi salah satu alternatif pangsa pasar. China lebih faham hal itu sebagai dedengkotnya dagang. Kualitas menjadi nomer dua, yang penting omset berputar cepat.
Pemerintah Jokowi mustahil melarang expansi dagang dari luar, karena perkembangan jaman menyatakan demikian. Pernahkah terfikir pada saatnya ada ide E-commerce yang berisi produk lokal? Sayur mayur dan buah buahan, souvenir cinderamata hingga pakaian adat dari berbagai daerah di tanah air yang dijual on line. Produk lokal kita tidak pernah habis di explorasi. Di sudut sudut daerah item barang di atas sementara baru sekedar membanjiri pasar tradisional dan UKM lokal.
Syarat menjadikan produk tersebut bisa sampai ke luar daerah salah satunya adalah sarana infrastruktur. Jalan raya dan Tol, Dermaga dan Bandara, Tol laut hingga kereta cepat menjadikan aktifitas perdagangan lebih efektif. Dan tekhnologi menjadi jembatan antara Produsen, Pedagang dan Pembeli.
Contohnya seorang petani menjual singkong. Sebelum ada jalan tol butuh beberapa hari untuk tiba di kota. Sesampai di pembeli singkong sudah berubah menjadi peuyeum. Atau petani kacang hijau yang kelamaan di jalan sampai di kota berubah jadi toge. Bisa juga nelayan di Maluku yang menjual ikan tuna tiba di Jakarta berubah ikan asin. Dalam perdagangan bebas tanpa batasan jarak, sarana dan prasarana menjadi wajib ada.
Konsep on line shoping salah satu tujuannya adalah memutus peran para calo dan makelar. Mereka yang selama ini mempermainkan pasar dengan mengatas namakan kelangkaan barang. Geliat perdagangan membuat manusia saling menikmati barang produk secara merata. E-commerce menjadi satu alternatif kemudahan hidup di era Digital.
Hingga suatu saat di dusun Ndiwek, seorang gadis yang jarang belanja keluar rumah, tetapi punya banyak koleksi sepatu dan baju gaul keluaran terbaru. Atau pengusaha gula jawa desa Karang Sambung barangnya tiba tiba terjual sampai ke Paris.
Berdagang tidak melulu berfikir untung rugi, tapi sejauh mungkin orang lain tahu barang kita itulah yang menentukan nilai kemaslahatannya.
***
Redaksi SN