Dulu…, ketika Ahok diwawancarai Aiman dari Kompas TV tahun 2015…, dia menjelaskan dengan rinci bagaimana para kaum pencuri tersistim di Pemda DKI yang sudah puluhan tahun….; kerjasama apik antara SKPD dan DPRD…, bagaimana mereka menyulam anggaran sedemikian rapi untuk di curi.
Ahok beberapa kali kehilangan anggaran yang sudah dimasukkan, tiba-tiba setelah kembali dari Depdagri anggarannya hilang.
Contohnya dia kehilangan anggaran pembelian truk sampah…., ratusan milyar jumlahnya…., dan banyak lagi dengan jumlah fantastis.
Banyak permainan biadab lainnya dengan memindahkan mata anggaran…, yang mengakibatkan sekolah tak terbangun…, tapi ada power PC yang nilainya 5 M bisa ada…, dan tak berguna pula.
Kebayang puluhan tahun Jakarta begitu rapihnya menyantap anggaran…, tenang tak beriak…, dan baru bergejolak sejak Jokowi dan Ahok bergerak.
Ternyata puluhan tahun praktek bagi rata itu begitu syahdu…, saling merindu…, dan dicumbu antara DPRD dan pejabat terkait di Pemda.
Triliunan rupiah hak rakyat mereka embat tanpa rasa bahwa di sana ada banyak luka…; dari luka perut yang lapar…, luka pendidikan…, dan luka-luka kemanusiaan.
Hari-hari ini kita digegerkan dengan APBD fantastis DKI…; dan pos-pos yang dipelototi kawan-kawan PSI menjadi cetar.
Ada anggaran Lem Aibon 82M…., ngecat jalur sepeda 74M…., beli ballpoint 123m, dan buat Jamban 156M.
Kita mungkin bisa mengerti…, kalau Anies katanya tak tahu setelah mendengar cerita Ahok tadi…; jadi memang ada tim mark up zonasi yang rapih…, kecuali Kali Sentiong…, Bambu Senggama…, dan sejenisnya…; yang itu pasti ketololannya.
Ahok dan Jokowi saja dikerjai…, apalagi kelas Anies yang cuma bisa meringis.
Jadi…., kalau kita lihat berangnya anggota DPRD dari Gerindra DKI kepada sejawatnya dari PSI…, yang mengkritisi pos anggaran…; itulah indikasi kerja tim yang ngerjai APBD dengan cara ugal-ugalan dan begal-begalan…, sesuai mazhab kebiadaban yang mereka terapkan.
Bagaimana jadinya lembaga yang disiapkan sebagai check and balanced…, tapi dalam faktanya mereka menjadi tim perampok yang begitu buas melahap uang rakyat.
Sekarang saja sudah defisit 12,9 T…, dimana WC umum warga dalam posisi belum terbangun.
Coba cari siapa kontraktor pengecat jalan sepeda…, supplyer ballpoint, Lem Aica Aibon…; semua pasti ada benang merahnya ke kamar mereka.
Apakah hal itu hanya terjadi di DKI…?
Pasti tidak…, kalau boleh mengatakan hal ini sudah lama dan merata…, hanya saja nilainya tidak seviral Jakarta.
Kebayang nggak beli ballpoint 123 M…, itu hampir sama belanja 101 mobil menteri kabinet 2019-2024 dengan anggaran 147m.
Sudah begitu…, ngelesnya salah input dan tak smart.
Kita telah lama memberi lilin di tangan pencuri…, yang seharusnya kita berikan lilin tetsebut di tangan orang pintar.
Membicarakan Anies gak pernah bisa habis…, dia pintar dalam hal tolol dan konyol.
Salah satunya ya soal anggaran yang ditanda tanganinya…; dia ditanya, dia balik nanya.
Begitu juga saat dia ditanya tentang IMB yang tak kunjung dapat uang…, tapi potensi 150 T sudah melayang.
Apakah dia pecundang atau dalang….?
Apakah dia sekedar memerankan peran antagonis…, atau memang dia sesungguhnya sebagai entitas itu semua…?
Kalau ada 100an orang yang melabeli diri dengan sebutan mulia wakil rakyat…, yang konon bergaji 111 jt dan ada wacana mau minta gaji sampai 500 jt…; kemudian ada anak-anak muda belia PSI yang berfungsi mengawasi belanja pemda…, menyampaikan hal yang benar…, dan partai lainnya diam…; maka kita akan kebayang 90an manusia sisanya sudah sama dungu dengan gubernurnya…, yang disebut Ahok over smart.
Di sana telah terjadi serimentasi bad moral.
Jakarta…, politik…, dan kuasa…; kita telah membayar mahal ongkosnya.
Agama…, orang baik…, dan para munafik…; semua masuk pada pusaran ketidakbenaran.
Kita tunggu…, siapa yang bertahan dan siapa yang melawan.
Dan…, keadaan itulah yang menjadi cermin retak Indonesia.
Untunglah kita memilih Jokowi…, kalau tidak Indonesia bisa mati suri.
Rahayu
Karto Bugel