Indahnya King Maker Jokowi Bekerja Senyap

Opini Akar Rumput

banner iklan 468x60

Pernyataan politis Jokowi terkait Pilpres sejauh ini sudah mengarah pada kode-kode sosok. Disampaikan dengan gaya bahasa “candaan” dimulai saat menyampaikan pidato HUT Partai Perindo (7/11) : “Kelihatannya setelah ini jatahnya Pak Prabowo”, mengisyaratkan sebuah opini dukungan, dari pribadi seorang Jokowi.

Yang terbaru saat acara Gerakan Nusantara Bersatu yang digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/11). Jokowi kembali melontarkan candaan tentang kriteria pemimpin pilihan bahwa seorang pemimpin yang memikirkan rakyatnya akan terlihat dari rambutnya :

“Jadi, pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari penampilannya, dari kerutan di wajahnya. Kalau wajahnya cling, bersih, tidak ada kerutan di wajahnya hati-hati. Lihat juga, lihat rambutnya kalau putih semua ‘wah mikir rakyat ini. Ada juga yang mikirin rakyat sampai rambutnya putih semua ada. Ada itu”

Tanpa harus menyebut siapa pemimpin berambut putih yang dimaksud, publik sudah bisa menebak sosok Ganjar Pranowo. Apa yang disampaikan Jokowi adalah sesuatu yang sedang ada dalam pikirannya. Spontanitas pernyataan dalam kapasitas seorang Jokowi sudah diperhitungkan dampaknya.

Jokowi sedang membangun euforia massa.

2 sosok capres potensial itu dipikirkan Jokowi punya dinamika masing-masing. Ganjar yang sedang menunggu keputusan politik PDI-P untuk dicapreskan, dan Prabowo yang dipastikan menorehkan sejarah baru 4 kali nyapres.

Bukan tidak mungkin keduanya dalam agenda pikiran Jokowi menjadi satu paket Paslon. Prabowo-Ganjar atau sebaliknya. Sebegitu luar biasakah Jokowi bisa melahirkan koalisi baru tanpa memperdulikan tarik ulur kepentingan partai dan elit politiknya?

Catatan pentingnya puluhan ribu massa yang hadir di GBK Sabtu (26/11) nota bene massa Jokowi. Gerbong suara ini cenderung mengikuti apa kata Jokowi untuk dukungan Paslon 2024. Sementara di luar acara GBK di berbagai daerah, khususnya para pecinta Jokowi siap menterjemahkan kode-kode menjelang 2023 yang menjadi tahun negosiasi politik. Selanjutnya setahun kemudian 2024 menjadi tahun politiknya.

Kedekatan komunikasi pribadi Jokowi dan Prabowo beberapa bulan terakhir ini tidak sekedar diartikan diskusi seorang menteri dengan Presidennya. Prabowo gencar mengunjungi Jokowi di luar agenda resmi menjadi upaya Prabowo merayu dukungan politik Jokowi.

Prabowo menyadari kalau merapat ke Megawati dengan gerbong PDIP-nya maka akan muncul anasir nama Puan untuk agenda koalisi Paslon-nya. Info yang sempat beredar, Prabowo enggan dipasangkan dengan Puan dengan kalkulasi politik kecil kemungkinan akan menang.

Prabowo berusaha bermain cantik dengan merajuk ke Jokowi untuk mendapatkan Ganjar berpasangan dengan dirinya. Secara tersirat Jokowi sepakat Ganjar menjadi penerusnya sudah bukan rahasia lagi. 

Jika memang itu yang menjadi agenda Jokowi dan Prabowo maka kemungkinan akan ada 3 Paslon dalam Pilpres 2024 :

1. Anies-AHY (Nasdem, Demokrat, PKS)

2. Erlangga-Puan (Golkar, PDIP, PAN)

3. Prabowo-Ganjar (Gerindra, PKB, PPP)

Pertanyaannya, apakah Ganjar lantas keluar dari PDI-P? Tentunya tidak. Prabowo dan Gerindra cs yang meminta Ganjar menjadi Cawapresnya atas dukungan Jokowi tanpa harus keluar dari PDI-P yang tentunya atas ijin Megawati.

PDIP yang kelebihan sosok calon potensial sedang melakukan koalisi sayap dengan Gerindra dan Golkar. Puan tetap terpenuhi ambisinya menjadi Cawapres, pendukung Ganjar tersalurkan suaranya tidak harus melalui PDIP.

Jokowi dan pendukungnya tetap menjadi kunci penentu pemenang Pemilu 2024.

Begitulah sang King Maker bermain politik dengan indah, bukan dengan Ani apalagi Dewi 

***

Dahono Prasetyo

banner 120x600

Tinggalkan Balasan