Acara webinar Ngaji Marhaenisme setiap hari Minggu malam yang digagas oleh Marhaenis Muda Indonesia, BNC dan Keluarga Besar Marhaenis menjadi ajang diskusi silaturahmi antar sesama organisasi Marhaenis. Dalam rilis jadwal yang diterima redaksi Suluhnusantaranews, sesi ke 30 pada hari Minggu (4/12/2022) pukul 19.00 WIB menampilkan sosok Heri Satmoko sebagai narasumber/pembicara.
Sosok Heri Satmoko yang tertulis dalam poster undangan webinar berstatus utama sebagai Ketum GPM, mengundang banyak kontroversi dari berbagai pihak. Kepengurusan GPM Pusat yang sedang berpolemik dipertanyakan statusnya. Menjadi pembicara mengatasnamakan organisasi yang sedang bermasalah dengan legalitasnya, tentunya memunculkan banyak komentar.
Suratmin Ragil dari Eksponen Marhaenis dan PA GSNI Jawa tengah berkomentar:
“Mengundang Heri Satmoko dengan GPM yang legalitasnya masih dipertanyakan, sangat disayangkan. Dengan mengundang Heri Satmoko artinya panitia sudah mencampuri urusan internal GPM. Karena dengan mengundang Heri Satmoko sebagai Ketum GPM diartikan panitia mengakui keberadaan mereka dengan demikian secara defacto memberi legitimasi sepihak pada GPM”
Komentar lain datang dari bung Totok Ispurwanto, Eksponen Marhaenis Yogyakarta:
“Pedagang (ideologi) kok diundang jadi pembicara Ngaji Marhaenisme. Yo kebangetan, kecuali KBM berdalih mau merangkul semua pihak, termasuk ngopeni sampah. Apakah sudah tidak ada narasumber “bervitamin” lain yang tersisa, sampai harus merangkul sosok sampah ideologi?”
Senada dengan Bung Totok, komentar cukup panjang disampaikan oleh dr Adi Kuntoro, MKes, Praktisi Kesehatan, Dosen dan eks politisi PDI-P yang sekaligus pemerhati Marhaenisme :
Siapapun boleh jadi nara sumber dalam sebuah forum pengajian. Hanya saja sebaiknya narasumber tersebut benar benar punya kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan baik secara akademis, moral, dan rekam jejak kinerjanya sehingg audence itu bisa ikut aktif dalam diskusi tersebut.
Kita tahu..siapa narasumber tersebut bisa dilihat dari rekam jejaknya. Siapapun bisa mengakses pribadi orang per orang..klik aja Google.Hanya saja sekarang ini..banyak orang terbebani oleh perasaan: “akulah yang paling marhaenis”… Akulah pemimpin nasionalnya hanya ingin supaya dilabeli sebagai “tokoh nasional”.
Penyelenggara “Ngaji Bareng” lebih bijak kalo selektif tidak sembarang orang dijadikan nara sumber..jangan mudah tertarik dengan pengakuan nara sumber… Bagaimana bisa menjadi seorang pejuang pemikir – pemikir pejuang atau katakanlah seorang profesional, peneliti, pengkaji ataupun pekerja kalo hanya statusnya pengangguran.
Tidak mudah menjadi marhaenis yg berkualitas..Saran saya kepada penyelenggara cari nara sumber yg jelas jati dirinya..jelas profesinya…jelas statusnya..jelas rekam jejaknya… Jangan gara gara narasumbernya tidak berkualitas forum pengkajiannya jadi tidak bermutu dan tidak ada yg berminat”
Komentar lain datang dari dr Bambang Suryatama yang pernah menjabat sebagai Ketua DPD GPM Jawa Tengah era Ketua Umum GPM Rachmawati Soekarnoputri:
“Untuk siapa hasil akhirnya perjuangan berorganisasi Heri Satmoko itu? Untuk pribadi dan kelompoknya atau Rakyat Marhaen? Tanda-tanda orang munafik terlihat nantinya saat dia berbicara”
Acara forum diskusi Ngaji Marhaenisme yang sudah berjalan baik dengan menampilkan narasumber tokoh-tokoh nasional (Budiman Sudjatmiko, Revrison Baswir dll) seharusnya tidak mengambil resiko mengundang narasumber kontrovesial jika hanya untuk meraup viewer. Menjadi catatan penting untuk ke depannya.
***
Tim Redaksi Suluhnusantaranews