Final Word Cup 2023 yang mempertemukan Argentina melawan Perancis malam ini pukul 22.00 WIB diprediksi bakal berjalan seru. Tidak hanya di dalam lapangan rumput, tribun penonton tetapi nyaris di seluruh penjuru bumi bulat yang bisa menerima siaran TV. Konon bulatnya bumi menjadi faktor utama satelit berfungsi di lintas orbitnya. Kalau bumi datar tidak perlu pakai satelit, tinggal pasang tower antar negara.
80% penduduk bumi yang berjumlah kurang lebih 8 milyar jiwa akan memusatkan perhatiannya di laga bola kaki tertinggi di dunia. Dipastikan selama 2-3 jam aktifitas mereka “terhenti”, jalan raya berkurang kepadatan, titik nobar dipadati masing-masing pendukung kesebelasan. Dipastikan di jam tersebut tidak ada acara rapat yang membahas peliknya mengatur negara.
Semua mahluk bumi sepakat dengan sajian hiburan olahraga paling populer bernama sepak bola. Iklan sebagai sumber pembiayaan acara dan mesin pengeruk pundi-pundi berlomba “nyelip” diantara fokus kita di layar elektronik. Saking tingginya rating pertandingan itu, sebuah produk iklan sanggup membayar stasiun TV untuk mengecilkan tampilan layarnya, sepertiganya diisi produk iklan.
Dalam hukum periklanan, sebanyak apa orang melihat produknya sebanyak itulah barang dagangannya laku, tidak harus pada hari itu. Produk-produk grup raksasa yang namanya terpampang di pinggir lapangan dipastikan meraup untung. Produknya dilihat 6 milyar orang, minimal sepertiga dari 6 milyar orang (2 milyar) suatu saat akan membeli produk itu.
Tayangan siaran langsung di stasiun swasta kita sekilas berasa “gratis”. Tetapi sebenarnya tidak. Iklan produk yang paling sering kita lihat, itulah yang nanti akan kita beli dagangannya. Harga barang sudah pasti naik, meskipun tidak terlalu besar, karena produsen mengalokasikan dana promosinya dari harga beli.
Salah satu contohnya, produk kopi instant. Sebelum ada piala dunia harganya Rp 1250/sachet. Setelah beriklan di pertandingan Piala Dunia, tinggal naikkan saja harganya Rp 50 jadi Rp 1300/sachet.
Jadi kesimpulannya, kitalah penonton yang pada akhirnya membiayai perhelatan pertandingan sepak bola itu. Harga transfer pemain bola ratusan juta dollar, kitalah yang membayarnya. Klub-klub bola hanya mengaturnya saja, sumber uang tetap dari penggemar Messi, Ronaldo dan penonton pertandingan, bukan dari kocek klub bola. Justru mereka mendapat keuntungan dengan “menjual” sosok.
Konon kabarnya bola yang dipakai produk dari kota di Jawa Timur. Sebegitu hebatnya produsen bola di Madiun mampu mengirim gratis ratusan bola ke Qatar? Yang pasti produk bolanya laku keras setelah selesai gelaran Piala Dunia. Apalah artinya menggratiskan 1000 bola, setelah kabar itu diviralkan 10 ribu bola dipesan orang per hari sampai nanti ketemu gelaran piala Dunia 2026
****
Dahono Prasetyo