Di era pra kemerdekaan Kartosuwiryo dan Sukarno yang satu “guru” dalam bimbingan HOS Cokroaminoto sepakat bersatu mengusir penjajah Belanda demi memerdekakan bangsa. Pasca Proklamasi kemerdekaan, dalam kaidah kompromi politik dan ekonomi, Sukarno membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Oleh Kartosuwiryo, Sukarno dianggap mengkhianati perjuangan bersama dengan berkompromi dengan Belanda.
Gerakan DI/TII oleh Kartosuwiryo untuk mendirikan negara Iskam Indonesia (NII) menunjukkan kebuntuan komunikasi keduanya. Sukarno dianggap pengkhianat dan sebaliknya Sukarno menuduh Kartosuwiryo dituduh sebagai pemberontak.
NII DI/TII berhasil dipadamkan dan Kartosuwiryo dihukum mati. Namun usai ditinggal pemimpinnya, perjuangan mereka tidak lantas berhenti. Banyak tokoh tokohnya kemudian bermutasi menjadi kader NII di daerah.
Di era orde baru, Suharto memberangus kelompok-kelompok tersebut. Tekanan represif dilakukan atas perintah Amerika dan sekutunya. Semakin ditekan tokoh ex NII DI/TII mereka semakin militan. Kasus tragedi Tanjung Priok karena memprotes keras kebijakan pemerintah, dilakukan oleh tokoh NII.
Peledakan candi Borobudur pada 21 Januari 1985 menyeret nama Abdul Qadir Hasan Baraja yang merupakan tokoh NII. Setelah bebas dari hukuam 13 tahun penjara tahun 1997 kemudian mendirikan kelompok Khilafatul Muslim yang bercita-cita mendirikan Khilafah Islamiyah.
Di era reformasi (pasca orde baru), para tokoh dan kelompok ex NII DI/TII memanfaatkan kebebasan demokrasi sebagai peluang. Mendirikan kelompok baru seperti Gafatar, NII KW2 di Jawa Tengah, NII KW9 di Jawa Barat, Al-Zaitun di Indramayu dll. Mereka paham di era kebebasan berpendapat ketika belum melakukan aksi teroris mereka tidak bisa ditangkap. Missi mereka menyebarkan paham khilafah sebagai implementasi dari Negara Islam Indonesia.
Pemerintah hanya bisa membubarkan HTI, FPI atau kelompok khilafah lain, tetapi mereka dengan mudah akan berganti nama untuk menyebarkan paham pemberontakan atas nama Agama. Ajaran paham mereka ibarat virus yang menyebar tidak memandang latar belakang ekonomi, pendidikan dan profesi. Pengikut yang sepintar apapun ketika sudah terpapar virus khilafah akan mendadak bodoh, karena hanya tunduk taklik buta pada pimpinannya yang dianggap wakil Allah di muka bumi.
Pasca reformasi mereka tersebar menjadi banyak kelompok kecil namun massif bergerak, bergerilya menyiarkan doktrin Islam Kaffah sebagai ciri perjuangan gerakan NII. Umat Islam harus tinggal di negara Islam dan menggunakan hukum Islam. Mereka yang menentang tinggal di negara yang undang-undangnya buatan manusia, seperti Pancasila dan UUD 45. Selama masih mematuhi atura buatan manusia, maka amal dan ibadahnya diyakini tidak diterima oleh Allah.
***
Tim Redaksi Suluhnusantaranews
Sumber: Wawancara Ade Armando dan Ken Setiawan