Tahun 2015 saya pergi Semarang bareng teman. Saat itu sedang ada tender untuk tol Semarang Solo. Saya hanya sebagai supporting group funding, tidak ikutan tender. Dalam kesempatan itu saya bertanya kepada teman :
“Apa sih yang kamu tahu tentang Ganjar sebagai gubernur Jateng?
“ Dia berpolitik dengan prinsip marhaenisme. “
“ Kenapa ?
“ Menurutnya marhaenisme itu politk murah meriah. Berpihak kepada rakyat jelata. Anti penindasan terhadap kaum proletar oleh kaun berjuis atau kapitalis.”
Saya mengerutkan kening.
“ Contoh sederhana. Ongkos yang membebani rakyat jelata itu kan transportasi. Ya kebijakan menyediakan angkutan murah lewat angkutan massal. Karena massal ya ongkos jadi murah. Jadi komunitas massal itu yang membuat murah. Gotong royong” kata teman menjelaskan analogi sederhana.
“ Ada lagi ? Tanya saya.
“Rakyat itu kan hanya butuh tiga saja. Pangan, rumah dan pendidikan. Untuk rakyat jelata, tiga hal itu dapat disediakan dengan cara mudah dan murah. Tidak perlu subsidi. Sistem gotong royong bisa menyelesaikan pekerjaan besar jadi mudah saja.”
“Bagaimana dengan orang kaya?”
“Biarkan saja mereka dengan cara mereka. Engga usah diganggu. Mereka paham untuk bekerja dalam suasana berkompetisi. Yang perlu diawasi kalau mereka masuk ke wilayah rakyat jelata. Nah itu negara harus hadir memberikan perlindungan” kata teman.
Saya tersenyum.
***
Suatu saat saya pernah didatangi oleh aktifis dari daerah. Mereka minta tolong saya jadi investor bangun pasar.
“Saya tidak ada uang. Tapi saya bisa bantu kalian membangun asalkan kalian mau menjadi kekuatan komunitas. Mau?”
Mereka semua setuju. Kebetulan walikotanya dari PDIP. Jadi mudah saya komunikasi dengan dia untuk dapatkan dukungan
“ Loe perlu duit, minta sama gue. Jangan minta sama mereka” kata saya.
“ Gua engga butuh uang lue. Mau aja loe bantu mereka, itu sudah thanks banget.” katanya Walikota
Saya tuntun mereka memproses proyek pembangunan itu dari awal sampai akhir. Sehingga proyek pasar itu bisa terbangun tanpa melibatkan developer besar dan rente. Rakyat kecil dapatkan kios dengan harga murah dan skema cicilan yang fleksibel.
Dari mana asal uangnya? Saya focus agar mereka memenuhi standar kepatuhan proyek financing. Seperti FS, detail engineering, izin koperasi pasar dengan tabungan anggota sebesar 30% dari harga pokok biaya perolehan kios. Deal dengan EPC BUMN. Dengan begitu mereka bisa mengakses kredit kontruksi dan pengadaan kios. Harga kioss hanya 10% dari harga kios kalau dibangun oleh developer swasta.
Begitulah marhaen.
Marhaen tidak butuh subsidi, Mereka butuh hanya akses dan keadilan yang proporsional. Pemimpin marhaen paham itu, apalagi Ganjar itu sejak kuliah sudah jadi aktifis GMNI. Saya berharap kepada Ganjar karena alasan membela wong cilik.
Tapi itulah masalahnya, Marhaenis di PDIP itu kelompok minoritas. Mungkinkah PDIP mau calonkan Ganjar? Saya mau saja jadi agen dengan teman-teman pengusaha untuk urunan duit. Ya kita perlu stabilitas karena keadilan sosial, agar bisnis nyaman. Engga takut mulu akan ada chaos sosial akibat ketidak adilan ekonomi.
***
EJB