Ajakan untuk berpikir modern, melihat kebenaran sejarah dan ilmu pengetahuan kepada mereka untuk ikut serta dalam peradaban modern disambut dengan sikap berdasarkan sebuah Hadist,
“Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum itu (Man tasyabbah-a bi qawm-in fa-huwa min-hum)”.
POLITIK ETIS
Politik Etis atau Politik Balas Budi (bahasa Belanda: Ethische Politiek) adalah politik pemikiran kolonial Hindia Belanda (sekarang Indonesia) selama empat dekade dari 1901 sampai tahun 1942. Pada 17 September 1901,
Ratu Belanda Wilhelmina mengumumkan bahwa Belanda menerima tanggung jawab politik etis demi kesejahteraan rakyat kolonial mereka. Pengumuman ini sangat kontras dengan doktrin resmi sebelumnya bahwa Indonesia adalah wingewest (wilayah yang menghasilkan keuntungan).
Ini juga menandai dimulainya kebijakan pembangunan modern; sedangkan kekuatan kolonial lainnya berbicara tentang misi peradaban, yang terutama melibatkan penyebaran budaya mereka kepada orang-orang terjajah.
Sebelum lahirnya politik etis dimana penduduk Indonesia memang tidak punya hak akan pendidikan.
MABUK AGAMA
Orang Indonesia memang sedang dibuat menjadi mabuk agama bisa dibayangkan wilayah Indonesia yang begitu luas dikuasai kolonialisme Barat yang dikuasai sebagian besar oleh Belanda
Maka sekalipun sebagai tradisi yang berakar lama dalam budaya Islam Indonesia pesantren telah ada sejak beberapa abad sebelumnya (dan dapat dilihat sebagai kelanjutan tradisi mapan serupa di negeri- negeri Islam dari kalangan kaum Sufi seperti zâwiyah dan ribâth di India dan Timur Tengah), namun suatu kenyataan yang sangat menarik ialah bahwa sistem pendidikan tradisional Islam itu berkembang pesat pada peralihan abad yang lalu.
Pesantren-pesantren besar di komplek Jombang-Kediri seperti Tebuireng, Tambakberas, Rejoso, Denanyar, Jampes, Lirboyo dan lain-lain, misalnya (yang kelak pengaruhnya begitu besar pada kehidupan nasional, antara lain melalui organisasi Nahdlatul Ulama), tumbuh dan berkembang kurang lebih sebagai saingan sekolah-sekolah formal kolonial.
Dalam lembaga-lembaga pendidikan itu terasa sekali semangat pengucilan diri dari sistem kolonial pada umumnya. Secara simbolik semangat itu dicerminkan dalam sikap para ulama- ulama yang mengharamkan apa saja yang datang dari Belanda, sejak dari yang cukup prinsipil seperti ilmu pengetahuan modern (dan huruf Latin) sampai hal-hal sederhana seperti celana dan dasi.
Ajakan pemerintah kolonial kepada mereka untuk ikut serta dalam peradaban modern disambut dengan sikap berdasarkan sebuah Hadîst,
“Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum itu (Man tasyabbah-a bi qawm-in fa-huwa min-hum)”.
Maka meniru kaum Belanda dengan, misalnya, memakai celana, membuat yang bersangkutan termasuk kaum Belanda yang kafir itu.
SNOUCK HURGRONJE
Snouck di era kolonialisme yang telah berhasil meluluh lantakkan dan menghempaskan bangsa Indonesia bercerai-berai , kemudian dicaplok kolonialis , tidaklah aneh. Ketika kita menemukan kebodohan dan hilangnya nasionalisme melalui Islam karena pola ini dihidupkan kembali semenjak era orde baru.
Christiaan Snouck Hurgronje lahir pada 1857 di Osterhout, Belanda dan meninggal pada bulan Juni tanggal 26 tahun 1936 di Leiden.
Sebagai penganut Protestan yang pura-pura masuk Islam, ia diminta nasehatnya oleh kolonial Belanda bagaimana strategi menghadapi rakyat Indonesia yang mayoritas muslim. Tentang Indonesia ia mengedepankan teori teori Santri vs Abangan dan dalam politik diperkenalkannya politik belah bambu/ devide et impera.
Dua teori ini dijadikannya untuk menjinakkan umat Islam Indonesia pada zaman itu.dengan menyamarkan nama: Abdul Ghafur, maka amanlah dia mempelajari Islam dan watak muslim sekaligus.
Dengan demikian, orientasi dapat dikategorikan kepada 2 model:
1) yang mempelajari Islam dan adat ketimuran hanya sebatas ilmu;
2) yang mempelajari Islam yang menyelip dan membonceng di dalamnya tugas zending Kristen yakni kristenisasi atau memakmurkan Kristen di negerinya.
Tampaknya tugas Snouck adalah yang kedua. Justru, setelah ia menemukan apa yang dicarinya, kemudian ia oleh pemerintah kolonial Belanda dikirim ke Indonesia untuk memberi masukan kepada kolonialis Belanda yang mana Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia.
THE BIG THREE THEORIES
Snouck mempraktikkan ilmunya dengan the big three theories yakni
1) orang islam dalam soal ibadah, tidak perlu dicampuri , bahkan kalau perlu dibantu;
2) Islam kemasyaratan seperti naik haji; terhadap Islam atau orang islam seperti ini harus diawasi;
3) orang Islam , kalau bicara politik, pangkas. Tiga cara memandang Islam itu lazim disebut Snouck Theory dalam menghadapi Islam, di samping teori Santri vs Abangan-nya.
Di pihak lain, Clifford James Geertz adalah antropolog berkebangsaan Amerika. Ia lahir di San Frasisco pada 22 Agustus 1926 dan meninggal dunia di Philadelphia pada 30 Oktober 2006 dalam usia 80 tahun. Sebagai antropolog dengan spesialisasi agama, perkembangan ekonomi, struktur politik tradisional serta ahli kehidupan desa dan keluarga, Ia masyhur dengan teori Santri vs Abangan dan Priyayi. Hasil penelitiannya: The Religion of Java. * Negeri kaya seperti Indonesia menjadi incarannya.
PEMAHAMAN ISLAM DIDANGKALKAN KEKAYAAN DIKURAS
Bagaimana kekayaan Indonesia dapat dikuras dan dibawa ke Belanda. Hal itu tentu tidaklah mudah. Perlu lebih dulu menaklukkan wilayahnya menjadi negeri jajahan. Kemudian, setelah itu tercapai Belanda harus menguasai ekonomi perdagangan yang lazim dengan ìstilah monopoli. Monopoli tidak akan berhasil, kalau masyarakatnya bersatu, kuat dan utuh, Untuk itu, dicari cara yang apik untuk memecah belah anak bangsa( devide et impera).
Bila, hal ini berhasil, maka muluslah teori bulus dan busuk ini terimplentasi. Ternyata dalam sejarah, teori ini berhasil melampaui target Snouck sendiri, Indonesia terjajah selama 350 tahun, kehidupan politik bangsa Indonesia berantakan dan pemahaman islam Indonesia didangkalkan alias “ disekularkan” dan apa tersebut terakhir bersahutan dengan kelas abangan. Ibarat penyakit yang diderita Indonesia bukan hanya fisik yang merasakannya, akan tetapi jiwa anak bangsa tidak akan terbebas dari cengkraman dogma yang melilit karena takut berdosa .
lahirnya Indonesia merdeka, ketika itu mengalami sakit jasmani dan sakit rohani dalam waktu yang sama( baca: harta dikuras dan anak bangsa disekularkan). Di samping kekayaan materi yang dikandung tanah air Indonesia dikuras tanpa hiba yang dibawa ke Naderlands dan digunakan untuk membangun negeri Belanda, kehidupan rohaninya diganggu. Karena wilayah Belanda lebih luas lautnya, dibandingkan daratnya, maka sebagian lautnya memerlukan dibendung untuk dijadikan pemukiman. Istilah dam adalah istilah yang akrab sekali di Belanda.
Sebut saja sebagai contoh ‘Amsterdam, Roterdam.’adalah negeri yang dibendung supaya menjadi negeri layak huni. Yang menjadi daya tanya yang memikat adalah dana yang diperoleh dari mana, kalau bukan dari dana yang didapatkan kolonialis Belanda dengan cara menguras kekayaan tanah air Indonesia.
Dari sudut pandang ekonomi dapat diajukan pertanyaan:
1) dari mana sumber dana itu ia dapatkan;
2) bagaimana cara menguras harta di ‘negeri zamrud khatulistiwa’ itu? Adapun dari sudut politik, kepentingan apa yang bersarang di dada kolonialis Belanda;
3) bagaimana modus operandinya?dan kenapa lahir teori Snouck yang lazim disebut dengan devide et impera.
Apa yang dilakukan Belanda sebagai penjajah, baik diakui atau dibantah sudah berlalu sejak lahirnya VOC sampai dengan jatuhnya Indonesia ke pangkuan penjajah dan berakhir setelah kolonialisme diakhiri di Indonesia dengan pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Upaya Snouck memecah belah rakyat Indonesia, dalam politik dan keagamaan boleh dikatakan berhasil. Wilayah Indonesia yang begitu luas sudah terkotak-kotak di bawah kolonialisme Belanda. Kerajaan-kerajaan dan kesultanan, otonominya hanya tinggal nama.
Dalam arti yang sesungguhnya kekuasaan sebenarnya berada di tangan Belanda dengan politik devide et imperanya.
ORDE BARU DAN PILKADA DKI 2017
Slogan Man tasyabbah-a bi qawm-in fa-huwa min-hum kembali dibangkitkan saat Orde Baru menumpas PKI dan Golongan kiri di Indonesia untuk melawan konsep Trisakti Bung Karno yang dianggap bukan prinsip Islam dengan mempengaruhi organisasi – organisasi Islam terutama Ansor di Jawa Timur dengan dibantu militer hal ini dilakukan hingga membantai Jutaan orang di wilayah Jawa Timur dan seluruh Indonesia apalagi militer membebaskan tahanan DI TII yang mempunyai dendam dengan kaum nasionalis dan komunis .
Nah kemudian saya tak perlu lagi menceritakan peristiwa Pilkada DKI 2017 Yang menjadi panggung para pengkhianat bangsa dengan menggunakan agama menuai sukses mengantarkan seorang kepala daerah non muslim ke penjara dan menaikan seorang Gubernur dengan politik identitas.
Salam Damai Persatuan dan Cinta Indonesia
TIto Gatsu