Maraknya lembaga pendidikan berbasis Islam di Kabupaten Jombang tidak serta merta disambut antusias masyarakat. Beberapa lembaga pendidikan justru melahirkan keresahan bagi warga Jombang yang terkenal religius.
Salah satu lembaga pendidikan yang sedang marak disorot keberadaanya adalah Wonosalam Boarding School (WBS). Sebuah sekolah berkonsep pesantren ekslusive yang didirikan di area pegunungan Wonosalam. Lahan seluas 60 hektar telah disiapkan oleh Yayasan LPI Sari Bumi untuk dibangun sekolah khusus berasrama untuk mendidik ahli agama sejak dini.
Menurut AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) selaku Ketua Umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) keberadaan WBS hanya berkedok sekolah Islam. Namun jika mau menelusuri lebih jauh lagi perihal sumber pendanaan, para pengurus yayasan, pengajar serta jaringan mereka, disinyalir ada keterlibatan kelompok beraliran Wahabi, HTI dan FPI.
“Kami PNIB dan masyarakat Wonosalam Jombang Jawa Timur menolak keras keberadaan dan pendirian Wonosalam Boarding School. Sosok Anas Asrofi yang merupakan tokoh 212 dari Surabaya dan Sidoarjo menjadi dalang semuanya. Diduga kuat pendanaannya didukung penuh oleh Ahmad Faisal pengusaha Transportasi Ekspedisi di wilayah Cakung Jakarta Timur yang disinyalir merupakan pengikut Osama Bin Laden. PNIB bersama sejumlah tokoh masyarakat telah melakukan investigasi mendalam, sumber dana WBS berasal dari Mesir dan Timur Tengah” papar Gus Wal kepada media SuluhNusantaranews.
Ada apa dibalik pendirian WBS yang ditolak keberadaannya, lebih lanjut Gus Wal menjelaskan :
“WBS yang dikemas sekolah berasrama belum mengantongi ijin operasional menyelenggarakan pendidikan Islam dari Kementerian Agama. WBS disinyalir mengajarkan paham Wahabi dan Khilafah yang diadaptasi dari literasi timur tengah. Ini sangat membahayakan bagi generasi muda. Lulusan WBS pada akhirnya akan mengembangkan ajarannya ke luar daerah. Pemerintah harus menindak tegas WBS berdasarkan laporan masyarakat” jelas Gus Wal.
Selain WBS ada beberapa lembaga Pendidikan ekslusif sejenis di Jombang yang ditolak oleh PNIB dan masyarakat Jawa Timur.
“Bulurejo Diwek ada Yayasan Al Akbar yang sudah kami selidiki beraliran faham dari luar. Mereka mendidik generasi muda dengan menanamkan kebencian intoleransi yang merusak kebhinekaan. Satu lagi PeTIK II (Pesantren Ilmu Teknologi Komunikasi) yang merupakan pendidikan hasil binaan wadah pegawai PLN yang tergabung dalam Yayasan Baitul Maal. Ijin operasional keduanya belum dikeluarkan oleh Kemenag, tetapi sudah beroperasi. Direktur PeTIK II yang notabene belum pernah mondok di Pesantren bisa menjadi pemimpin pesantren. Informasi yang kami dapat, di PeTIK II tidak ada kegiatan layaknya pesantren” lanjut Gus Wal.
PNIB beserta segenap warga masyarakat Jombang berharap pemerintah segera menutup lembaga pendidikan ilegal berkedok pesantren.
“Jangan jadikan kota santri Jombang menjadi pusat pembibitan pendidikan dengan faham intoleransi, radikalis dan terorisme. Selamatkan generasi muda dari bahaya laten Khilafah dan Wahabi yang bergerak terstruktur, sistemik dan masif tanpa kita sadari” pungkas Gus Wal
***
Koresponden SN Jatim