Soren Kierkegaard, Ahli Tasawuf Kristen

Penulis : H. Tito Gatsu

banner iklan 468x60

Jika kita melihat Denmark dan beberapa negara Skandinavia lainnya, seperti Finlandia dan Norwegia bisa menjadi negara yang dinobatkan menjadi negara paling bahagia di dunia , hal ini ternyata banyak diilhami oleh Soren Kierkegaard, seorang filosofis atau seorang suffistik Kristen asal Denmark, mungkin buat kita seperti Maulana Jalaluddin Rumi.

Yang memberikan inspirasi bahwa theology atau agama tidak bisa difahami secara tekstual tapi harus dengan nalar, suffistik dan spiritual.

Supaya tidak terjadi kesaalah pahaman lebih dulu saya jelaskan apa yang dimaksud dengan Tasawuf .

Tasawuf dapat diartikan sebuah upaya yang dilakukan manusia untuk memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada agama dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.

Søren Kierkegaard dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya di Kopenhagen, ibu kota Denmark.

Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, adalah seseorang yang sangat saleh. Ia yakin bahwa ia telah dikutuk Tuhan, dan karena itu ia percaya bahwa tak satupun dari anak-anaknya akan mencapai umumr melebihi usia Yesus Kristus, yaitu 33 tahun.

Ia percaya bahwa dosa-dosa pribadinya, seperti misalnya mengutuki nama Allah pada masa mudanya dan kemungkinan juga menghamili ibu Kierkegaard di luar nikah, menyebabkan ia layak menerima hukuman ini.

Meskipun banyak dari ketujuh anaknya meninggal dalam usia muda, ramalannya tidak terbukti ketika dua dari mereka melewati usia ini.

Perkenalan dengan pemahaman tentang dosa pada masa mudanya, dan hubungannya dari ayah dan anak meletakkan dasar bagi banyak karya Kierkegaard (khususnya Takut dan Gentar). Ibunda Kierkegaard, Anne Sørensdatter Lund Kierkegaard, tidak secara langsung dirujuk dalam buku-bukunya, meskipun ia pun mempengaruhi tulisan-tulisannya di kemudian hari.

Meskipun sifat ayahnya kadang-kadang melankolis dari segi keagamaan, Kierkegaard mempunyai hubungan yang erat dengan ayahnya. Ia belajar untuk memanfaatkan ranah imajinasinya melalui serangkaian latihan dan permainan yang mereka mainkan bersama.

Ayah Kierkegaard meninggal dunia pada 9 Agustus 1838 pada usia 82 tahun. Sebelum meninggal dunia, ia meminta Søren agar menjadi pendeta. Søren sangat terpengaruh oleh pengalaman keagamaan dan kehiudpan ayahnya dan merasa terbeban untuk memenuhi kehendaknya.

Kierkegaard masuk ke Sekolah Kebajikan Warga, memperoleh nilai yang sangat baik dalam bahasa Latin dan sejarah. Ia melanjutkan pelajarannya dalam bidang teologi di Universitas Kopenhagen, tetapi sementara di sana ia semakin tertarik akan filsafat dan literatur.

Kierkegaard lulus pada 20 Oktober 1841 dengan gelar Magistri Artium, yang kini setara dengan Ph.D. Dengan warisan keluarganya, Kierkegaard dapat membiayai pendidikannya, ongkos hidupnya dan beberapa penerbitan karyanya.

Tahapan dalam perjalanan hidup

Dalam karya-karya pseudonim atau kisah pribadi yang disamarkan untuk menghindari kaum Kharismatik dari periode sastra pertama Kierkegaard, tiga tahap dalam perjalanan hidup, atau tiga bidang kehidupan.eksistensi, dibedakan: estetika, etis, dan religius.  Ini bukanlah tahap perkembangan dalam pengertian biologis atau psikologis—suatu penyingkapan yang alami dan serba otomatis menurut beberapa roh DNA.

Terlalu naif  mungkin untuk menjalani kehidupan seseorang di bawah tingkat etika dan agama.  Tetapi ada arah dalam arti bahwa tahap-tahap sebelumnya memiliki tahap-tahap selanjutnya sebagai telos, atau tujuan mereka, sedangkan tahap-tahap selanjutnya mengandaikan dan memasukkan tahap-tahap sebelumnya sebagai momen-momen penting tetapi subordinasi.

Tulisan-tulisan Kierkegaard secara keseluruhan, baik dengan nama samaran atau tidak, sangat fokus pada panggung religius, memberikan kepercayaanuntuk penilaian retrospektifnya sendiri ( dia mengambil beberapa pengalaman yang dialami oleh dirinya dan orang lain ketika memahami dan dipengaruhi agama atau kekristenan)  bahwa seluruh fokus tentang masalah manusia adalah  pada akhirnya tentang kehidupan religius.

Tokoh-tokoh yang diciptakan Kierkegaard untuk mewujudkan tahap estetika memiliki dua keasyikan, seni dan erotis.

Petunjuk ini membantu seseorang untuk mendefinisikan tahap estetis dan untuk melihat apa itu tahap atau lingkup keberadaan secara umum.  Kesamaan dari berbagai tujuan keberadaan estetika adalah bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan benar dan salah.  Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan kehidupan yang baik bersifat pramoral, tidak peduli dengan kebaikan dan kejahatan.

Tahap atau lingkup keberadaan, kemudian, adalah proyek mendasar, suatu bentuk kehidupan, suatu cara berada di dunia yang menentukan kesuksesan dalam hidup dengan kriteria khasnya sendiri.

Apa yang mungkin memotivasi seorang estetika untuk memilih yang etis?  Kehadiran para penjaga kebaikan, yang rela mencela amoralitas aesthete atau keindahan yang sebenarnya diinginkan manusia sebagai amoralitas, terlalu eksternal, terlalu mudah disingkirkan sebagai farisiisme borjuis.  Fasisme adalah paham yang berdasarkan prinsip kepemimpinan dengan otoritas yang mutlak/absolut di mana perintah pemimpin dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian

Dengan menceritakan kembali kisah Ibrahim, ia menampilkan panggung keagamaan sebagai pilihan untuk tidak membiarkan hukum dan adat istiadat seseorang menjadi norma tertinggi seseorang—tidak menyamakan sosialisasi dengan kesucian dan keselamatan, tetapi terbuka untuk suara otoritas yang lebih besar,  yaitu Tuhan.

Normativitas yang lebih tinggi ini tidak muncul dari akal, seperti yang dimiliki Plato dan Kant, tetapi, dari sudut pandang akal, absurd, paradoks, bahkan gila.  Label-label ini tidak mengganggu Kierkegaard, karena dia menafsirkan nalar sebagai manusia, terlalu manusiawi—sebagai alasan tatanan sosial saat ini, yang tidak tahu apa-apa lebih tinggi dari dirinya sendiri.  Dalam bahasa Karl Marx (1818–1883), yang menampilkan dirinya sebagai nalar sebenarnya adalah ideologi.

Kierkegaard mengungkapkan iman Ibrahim sebagai setuju dengan Hegel dan Marx tentang keterbatasan nalar historis ini, dan, justru karena ini, dia bersikeras bahwa suara Tuhan adalah otoritas yang lebih tinggi daripada rasionalitas baik sikap saat ini (Hegel) atau revolusi (Marx).  Terhadap Hegel dan Marx, Kierkegaard berpendapat bahwa sejarah bukanlah adegan di mana akal manusia mengatasi keterbatasan ini dan menjadi standar kebenaran tertinggi.

Secara prinsip hak Ketuhanan seorang manusia adalah pada pikirannya sendiri dan bagaimana dia bisa menterjemahkan lingkungan dan  bagaimana cara mengendalikannya  bahwa Tuhan ada dalam diri kita dengan kemampuan otak atau cara berpikir kita dalam kebaikan , nah yang ini cocok dengan Manunggaling Kawulo Gusti ajaran asli Nusantara.

Salam Damai Persatuan dan Cinta Indonesia

Tito Gatsu.

banner 120x600

Tinggalkan Balasan