“Pelatihan itu adalah proses berbuat sesuatu, bukan hanya mendengar… Seribu kali mendengar tidak ada manfaat tanpa sekalipun melakukannya.”
Itu yang saya sampaikan kepada bapak ibu guru SD (peserta pelatihan penulisan) se kecamatan Ngawen, Gn Kidul. Mengapa? Karena banyak guru yang mengikuti pelatihan hanya untuk mendapatkan sertifikasi.
Saya sampaikan kepada panitia agar sertifikat tidak diberi tanpa membuat dan menyerahkan tugas penulisan opini ataupun berita. Apa bila bisa dimuat di media publik maka mendapat nilai lebih baik terutama untuk memenuhi portofolio.
Tidak heran 85% proses kenaikan pangkat/golongan bagi guru mengalami kemacetan karena tidak memenuhi kompetensi menulis. Tidak aneh pula banyak siswa yang “bermain aman”.
Siswa berstrategi yang penting nilai cukup dan naik kelas tanpa perlu harus hebat menjadi juara. Hingga banyak tugas yang tidak dikerjakan, yang penting selalu hadir dan ikut ujian. Demikian pula dengan guru.
Guru sepertinya tidak sadar, bahwa mereka juga bersikap sama dengan murid-murid mereka sendiri. Bahkan saat proses belajar juga banyak yang suka ribut dan malas-malasan. Ini kesempatan saya membalas budi kepada para guru.
Kebayang kan, saat kita belajar di sekolah yang kadang membosankan, ngantuk, gurunya killer, dan semua hal yang gak asyik. Ternyata menjadi guru itu tidak mudah, punya tanggung-jawab besar mentransformasikan pengetahuan.
Guru ingin maju, maka tunjukkan yang terbaik yang bisa dilakukan. Jadilah kreatif…
***
Penulis : Agung Wibawanto
Editor : D. Prasetyo – Suluhnusantaranews