“Mengapa investor Smelter China di Indonesia tidak begitu patuh kepada SOP linkungan, social dan tata kelola yang baik “ tanya teman netizen. Alasannya, investor smelter China yang datang ke Indonesia itu adalah low class.
Jadi wajar saja kalau SDM expert mereka juga bukan high education. Tapi mereka kaya akan pengalaman. Maklum mereka dari keluarga yang sudah pengalaman berbisnis smelter. Investasi mereka ke Indonesia karena di China sendiri mereka sudah dilarang beroperasi. Mengapa ?
Karena mereka gunakan teknologi tanur induksi, yang memang sudah kuno, Di China kali pertama dibangun tahun 1960an. Wajar saja dikatakan jadul. Apalagi dampak lingkungannya sangat buruk untuk kesehatan dan berjangka panjang terhadap generasi berikutnya.
Setelah China mampu menyediakan listrik berkapasitas terrawatt. Tahun 2010 ada 2000 Smelter tanur induksi yang ditutup di China. Setelah itu smelter harus menggunakan tanur listrik.
Semua negara ASEAN menolak mereka yang mau relokasi, kecuali Indonesia membuka pintu.
Nah para pemilik smelter yang tidak mampu mendirikan smelter tanur listrik itu pindah ke luar negeri. Mereka memang dari asalnya sudah low class dan tidak begitu peduli kepada standar ESG. Mereka berdondong bondong ajukan izin relokasi ke luar negeri termasuk ke Indonesia.
Tahun 2010 yang hengkang dari China baru 10 tapi sekarang ada 200 smelter China relokasi ke berbagai negara termasuk Indonesia.
Mengapa pilihan ke Indonesia? Ada tiga alasan.
- Pertama, Indonesia mengizinkan penggunaan takhnologi smelter tanur induksi. Biaya investasi dan produksi jauh lebih murah dibandingkan dengan tanur listrik.
- Kedua, Indonesia menghapus steel slag dari daftar limbah berbahaya dan beracun. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun menyebutkan steel slag merupakan produk sampingan dari peleburan baja melalui tungku induksi.
- Ketiga, Georgraphi Indonesia dekat dengan Australia penghasil nikel dengan kadar ore 2%. Sulawesi khususnya sebagai penghasil ore dibawah 2% juga dekat dengan Australia. Pengusaha smelter di Sulawesi dapat fasilitas bebas bea masuk untuk impor ore 2% nikel dari Australia. Kemudian mereka blending dengan ore dibawah 2% dari Sulawesi, yang harga lokalnya 50% dari harga di china. Ekspor bebas pajak. Dapat lagi fasilitas tax holiday.
Dengan tiga hal itu paham ya mengapa dan apa motif China buka smelter di Indonesia.
Mengapa investor China yang high grade tidak mau masuk ke Indonesia? karena umumnya mereka sudah listed di bursa dunia. Mereka terikat dengan ESG ( environment social government ).
Mereka tidak berani masuk ke negara yang tidak patuh kepada ESG. Karena bisa berdampak jatuh value saham mereka di bursa dan surat utang mereka akan delisting.
Mereka lebih suka jadi offtaker produk turunan dari smelter yang di Indonesia, seperti Ferro steel, baterai dan lain lain. Itupun tidak beli secara langsung tetapi melalui agent proxy.
Semua smelter yang sudah dibangun dan beroperasi sekarang, izin dikeluarkan era SBY. Yang izin dikeluarkan Jokowi, semua menggunakan tanur elektrik, tapi sampai sekarang belum tahu ada apa engga yang beroperasi.
Terkendala listrik dan pasokan fuel. Makanya BUMN bangun pabrik baterai di Kalimantan yang dekat dengan batubara.
***
EJB Babo