Kita (Tidak) Sedang Baik Baik Saja?

Penulis : Erizeli Jely Bandaro

banner iklan 468x60

Tahukah anda bahwa sejak era Soeharto sampai kini, kita membangun bukan dari surplus pendapatan atas pengeluaran. Pendapatan tidak cukup untuk menutupi ongkos.

Tanpa utang, negara ini tidak jalan. Pemerintahan bubar. Mengapa ?

Pertama. Jumlah penduduk terus bertambah. Sementara ekspansi fiskal dibawah angka pertumbuhan penduduk. Mengapa? fiskal kita hanya tidak lebih 10% dari total APBN.

Misal total APBN Rp. 100 triliun. Nah ekspansi kita hanya Rp. 10 T. Yang 90 T habis dimakan bayar gaji , bayar utang, ongkosi tentara dan TNI. Itupun 10% duitnya dari utang. Tanpa utang, kita tidak ada ekspansi.

Nah bayangin kalau tidak ada eskpansi, sementara penduduk terus bertambah? mereka akan memakan yang sudah dibangun. Itu yang terjadi di Venezuela.

Kedua, cara kita bayar utang itu dengan skema daur ulang. Alias bayar utang pakai utang. Mengapa ? karena kita tidak punya surplus pendapatan untuk bayar utang. Nah bayangin, andaikan total utang pemerintah dan BI serta swasta/BUMN USD 598,7 miliar atau dengan kurs Rp. 15.600/USD maka total utang luar negeri mencapai Rp. 9340 Triliun. Ini mendekati Rp. 10.000 triliun.

Apa jadinya kalau SBN global bond kita dicoret oleh market? Kita pasti collapse. Karena kita tidak bisa lagi lakukan skema daur ulang. Nasib kita akan sama dengan Venezuela.

Ketiga, cash flow kelancaran pembayaran utang luar negeri kita berasal dari skema liability management lewat Switch and Cash Tender Offer. Sumber dananya dari utang melalui Format SEC Shelf Registered itu kan 144 A. Itu money market limited offer dan restriction market yang dikendalikan AS.

Apa jadinya kalau kita dicoret dari akses market ini? ya engga bisa bayar utang. Default. Itu dampaknya sistemik. Sementara Kurs rupiah kita ditopang oleh fasilitas REPO line dari the fed. Kalau the fed cabut fasilitas ini, rupiah terjun bebas, jatuh pemerintah.

Dengan dua hal itu, makanya Jokowi terpaksa keluarkan Perppu Cipta kerja. Karena satu satunya cara bayar utang tanpa terjebak dengan skema bayar utang pakai utang ya pajak. Pajak itu berasal dari investasi swasta.

Dengan adanya investasi maka sektor usaha bergerak, pajak mengalir. Kita bisa bayar utang dari surplus pajak. Nah ini tugas presiden berikutnya. Memastikan debt trap ini dapat diatasi. Kalau engga, sampai mati kita akan tergantung kepada asing. Idealisme berdirinya negara tidak akan tercapai.

***

EJB

banner 120x600

Tinggalkan Balasan