Riwayat Anies dalam peruntungannya menjadi capres 2024 cukup berliku bahkan banyak drama yang terjadi di sana. Hal ini bukan tanpa sebab juga. Ada faktor yang membuat semua cerita menjadi kontroversi.
Pertama, Anies bukan kader partai. Posisinya yang independen seolah “bebas”, namun justru agak menyulitkan dirinya sendiri.
Persoalannya apa? Seorang independen (non partai) dalam pilpres di Indonesia itu mudah direkrut tapi juga mudah didepak. Tidak ada jaminan, karena ikatannya tidak kuat.
Lihatlah betapa mudahnya Nasdem di awal membujuk Anies agar mau dideklarasikan Nasdem sebagai bacapresnya. Namun kini Surya Paloh siap memutus Anies jika diminta Jokowi.
Nah lho.
Sejak awal, publik sudah dibuat bingung atas putusan Surya Paloh yang tidak butuh waktu lama mendeklarasikan Anies. Pada waktu itupun isu nasional sedang ramai membahas Tragedi Kanjuruhan. Seluruh Indonesia berduka tapi Nasdem nekad gelar acara deklarasi.
Sampai Jokowi malas menanggapi dan hanya berkata, “Kita sedang berduka.”
Bagi orang Jawa, setiap ucapan memiliki makna tersurat maupun tersirat. Yang tersurat, Jokowi ingin fokus kepada kasus Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa. Namun ada pula yang tersirat, bahwa Jokowi bahkan Indonesia berduka karena Nasdem Deklarasikan Anies.
Tidak perlu menjadi pintar lah untuk mengetahui kualitas Anies dan bagaimana hubungannya dengan Jokowi.
Pertama, Anies memang pilkada gubernur DKI 2017 melalui cara-cara tidak terpuji oleh pendukungnya. Terutama lihat perlakuan pendukung Anies kepada Ahok yang nota bene sahabat Jokowi.
Kedua, saat menjadi gubernur DKI Anies nir kerja, bahkan membangkang program pemerintah pusat dengan menolak meneruskan normalisasi kali.
Ketiga, Anies pernah diberhentikan sebagai Mendikbud di kabinet kerja Jokowi.
Keempat, Anies dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap Jokowi terutama oleh para pendukungnya.
Kelima, Anies didukung oleh kelompok Islam garis keras seperti HTI dan FPI yang kemudian kedua oraganisasi tersebut dibubarkan dan dicap terlarang oleh Jokowi. Semua itu diketahui publik, tidak mungkin Nasdem tidak tahu.
Jika Nasdem mendeklarasikan Anies ya sama saja menampar wajah Jokowi. Ini bukan soal kebebasan setiap partai menggunakan sistem atau prosedur internal dalam menetapkan capresnya.
Ini soal siapa yang direkom Nasdem. Padahal, tiga nama teratas hasil pengumpulan suara di internal Nasdem sebagai capres 2024, yakni: Anies, Ganjar dan Andika Perkasa, mengapa Anies yang dipilih?
Ini dianggap publik sebagai sebuah kecelakaan bin blunder yang dilakukan Surya Paloh, atau memang sengaja alias jebakan betmen? Karena publik tahu bagaimana kedekatan hubungan antara Surya Paloh dengan Jokowi maupun Megawati.
Tiga aktor inilah yang selalu dicap oposan sebagai oligarki. Tapi gimana ceritanya Surya Paloh jadi mbalelo begitu, kecuali ini skenario?
Skenarionya agar Anies untuk sementara bisa dikendalikan, begitu pun dengan kelompok pendukungnya seperti PKS dan ormas Islam garis keras. Dibikinlah Anies dalam posisi “digantung”, diikat tapi juga tanpa beban jika harus dilepaskan.
Itu diucapkan sendiri oleh Surya Paloh dalam videonya, bahwa dirinya masih loyal kepada Jokowi. Bahkan jika Jokowi minta untuk melepas Anies, maka Surya Paloh akan lakukan.
Aksi drama Surya ini pasti didengar dan dilihat oleh Anies dan pendukungnya, bagaimana ya perasaannya? Anies itu, jujur, bukan tipe orang politik. Tidak tahan banting. Pasti perasaannya bisa tercabik-cabik tidak karuan.
Gimana sih? Sudah bertunangan tapi bisa gagal menikah, kan repot? Ya, Anies sendiri tidak punya bergaun atau daya tawar apa-apa.
Dia gak bisa bergaya sok jual mahal. Mahal apanya?
Inilah kelemahan Anies sendiri yang tidak punya potensi apapun. Prestasi kerja tidak ada, akses terbatas (pengangguran), apalagi modal, cekak. Kemenangan dia adalah, jago bicara (retorika) dan manutan.
Modal terakhir itu pula katanya yang disenangi pihak asing (AS) karena nantinya mudah disetir atau jadi boneka Amerika. Plus, dia punya pendukung kelompok Islam.
Nasdem dan Surya Paloh sendiri sebenarnya tanpa beban terhadap Anies ini. Beda cerita jika Anies memang calon pemimpin yang mumpuni, ya seperti Jokowi dulu lah. Nasdem akan mempertahankan mati-matian.
Tapi kan ternyata Surya masih lebih memilih loyal dengan Jokowi. Sementara Jokowi dan Megawati sendiri belum menentukan siapa kandidat yang akan diusung.
Bisa saja, ketika Megawati dan Jokowi clear merekomendasi satu sosok, maka Surya Paloh juga akan ikut dengan pilihan Jokowi dan Megawati.
Karena tipikal Nasdem ini mirip dengan Golkar yang oportunis dan loyal kepada pemerintah. Mereka tidak punya sejarah dan pengalaman sebagai oposan. Jadi, ya siap-siap saja Anies beserta timnya melobi partai lain.
Pelajaran penting apa yang bisa didapat oleh Anies dari semua ini jika benar terjadi seperti itu? Politik memang kejam. Anies dan Tim sendiri sudah mulai belajar menerapkan taktik segala cara termasuk menggunakan politik identitas (agama dan adat) kan? Kini merasakan pula didepak oleh politik segala cara sepanjang tidak melanggar konstitusi.
Selain itu, juga tidak menggunakan black campaign yang menyerang pihak lain dengan fitnah dan tuduhan tidak mendasar. Bedakan dengan negative campaign atau kampanye negatif yang sekadar menyerang kandidat lain berdasarkan fakta yang ada.
Jika pun Nasdem tetap mengusung Anies, masih akan sulit untuk mendapat tiket mengingat Demokrat dan PKS sama-sama kekeh menyodorkan kadernya.
Jadi, sinetron perjalanan politik Anies memang masih panjang dengan cerita yang berliku hingga Oktober 2023 (batas pendaftaran capres). Bisa dibayangkan efek lainnya, berapa banyak rupiah yang akan dikeluarkan dalam rangka Anies memperkenalkan diri sebagai capres?
Jika pada akhirnya mendapat tiket ya Alhamdulillah, namun jika ternyata hanya dimainkan? Ya amsyiong deh.
***
Agung Wibawanto