Dunia kerja di Indonesia saat ini memasuki era baru selepas di cabutnya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) oleh pemerintah dan geliat dunia Industri seharusnya mampu bangkit sehingga bisa ikut menompang pertumbuhan ekonomi, tetapi pandemi bukan lagi menjadi masalah utama dan muncul masalah baru tentang isu resesi global pada tahun 2023 ini, selain itu fenomena yang terjadi berbanding terbalik, satu persatu perusahaan terutama perusahaan startup banyak melakukan pemutusan hubugan kerja (PHK) dengan berbagai dalih terutama efisiensi. Indonesia sendiri memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup besar, dengan jumlah penduduk yang lebih dari 260 juta orang. Namun, tingkat pengangguran dan underemployment masih tinggi, terutama pada kalangan penduduk miskin dan di daerah pedesaan. Pendidikan dan keterampilan tenaga kerja juga sering kurang memadai, sehingga kesempatan kerja yang tersedia sering lebih rendah dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2022 jumlah penganguran terbuka mencapai 8,43 juta jiwa berdasarkan pendidikan, dengan lulusan Universitas 673.485 jiwa, Akademi/Diploma 159.490 jiwa, SLTA Kejuruan/SMK 1.7 juta jiwa, SLTA Umum/SMU 2.5 juta jiwa, SLTP 1.5 juta jiwa, SD 1.3 juta jiwa, Tidak/belum tamat SD 663.125 jiwa dan belum pernah sekolah 15.206, data ini menunjukkan bahwa pengangguran di Indonesia didominasi lulusan non Universitas dan Akademi yang mencapai jutaan jiwa, dan jika memasuki dunia kerja saat ini untuk lulusan Universitas atau Akademi akan lebih banyak diprioritaskan untuk jabatan-jabatan tertentu, apalagi diiringi dengan pengalaman yang kerja yang relevan serta sertifikasi keahlian, sedangkan lulusan non universitas dan akademi akan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, dan jika memasuki dunia kerja membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai puncak karir yang tersedia.
Arus globalisasi tidak bisa dihindari lagi, kompleksitas dunia kerja selalu menjadi kajian yang cukup menarik, terutama di tengah-tengah Indonesia yang akan memasuki tahun politik banyak berbagai pihak melakukan manuver untuk memanfaatkan momentum ini, dan sebenarnya apa yang dicari apakah materi atau banyak prestasi sehingga tanpa disadari mengabaikan kelangsungan dunia kerja yang sehat dan bermartabat dan ini harus dimulai dari yang kecil terlebih dahulu seperti tingkat pendidikan di desa karena pendidikan di desa memiliki hubungan yang erat dengan peluang kerja yang tersedia saat ini. Pemerataan pendidikan di desa akan membantu meningkatkan kualitas tenaga kerja di daerah tersebut, sehingga akan membuat lebih banyak peluang kerja yang tersedia.
Berdasarkan beberapa referensi yang ada terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peluang kerja di desa melalui pendidikan antara lain:
- Peningkatan kualitas pendidikan: Dengan meningkatkan kualitas pendidikan di desa, siswa akan lebih siap untuk mengejar karir di bidang yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
- Program pelatihan dan pendidikan vokasi: Program ini akan membantu meningkatkan keterampilan siswa dan membuat mereka lebih siap untuk bekerja di bidang tertentu.
- Kerjasama dengan perusahaan baik perusahaan lokal maupun global: Kerjasama dengan perusahaan dapat membantu menciptakan lapangan kerja di desa dan juga membantu siswa memperoleh pengalaman kerja yang relevan.
- Peningkatan aksesibilitas infrastruktur: Peningkatan aksesibilitas infrastruktur seperti jalan, transportasi, listrik dan internet di desa akan meningkatkan kesempatan kerja di desa.
- Peningkatan akses terhadap teknologi: Dengan meningkatkan akses siswa di desa terhadap teknologi, mereka dapat belajar dan mengakses sumber belajar yang tersedia di tingkat global.
- Pembelajaran bahasa asing: Dengan belajar bahasa asing, siswa di desa akan lebih siap untuk berkomunikasi dengan orang lain di tingkat global dan mengejar karir di bidang yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
Selama ini mungkin sudah ada upaya maksimal dari pemerintah untuk melakukan 6 poin diatas, Namun, diperlukan upaya yang berkesinambungan dan berkoordinasi dari pemerintah, perusahaan dan masyarakat desa untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan ini, sehingga kualitas tenaga kerja Indonesia tidak hanya bisa bersaing di tingkat lokal tetapi menjadi salah satu tenaga kerja yang banyak dicari berbagai perusahaan di setiap negara dan tidak hanya mengharapkan peluang kerja dari pertumbuhan industri di dalam negari saja.
Ada sebuah kisah penuh haru kembali datang dari sosok guru honorer yang mengabdi di salah satu kawasan di pedalaman Sumatera Selatan. Guru honorer bernama Rudi Hartono (26) ini setiap hari harus menghadapi tantangan berat semata demi kualitas pendidikan para murid-muridnya. Setiap pagi Rudi selalu menunggu kedatangan anak-anak didiknya di pinggir Sungai yang merupakan satu-satunya akses yang dapat menghubungkan 3 desa yakni Desa Muara Kulam Ibu Kota Kecamatan, Dusun Batu Tulis dan Dusun Karang Pinggan, Kabupaten Musi Rawas Utara, kemudian dengan menyeberangkan puluhan siswanya agar bisa selamat tiba di sekolah. Dan saat Ujian Nasional (UN) harus menyeberangi sungai kembali dan berjalan kaki melewati hutan agar bisa sampai ke sekolah induk yang berada di Kelurahan Muara Kulam. Pengalaman guru honorer dari Sumatera Selatan ini hanya sebagian kecil dari dinamika pendidikan yang ada, dan di daerah lain di seluruh penjuru Indonesia mungkin memiliki cerita tersendiri bagaimana pendidikan berkualitas yang belum merata di tingkat pedesaan dan lebih banyak hanya terfokus di kota-kota besar saja, karena dengan pendidikan berkualitas yang merata dapat menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang mencermikan juga kualitas tenaga kerja Indonesia.
Banyak kasus yang tanpa disadari bahwa kualitas tenaga kerja Indonesia masih belum mampu bersaing ditingkat global seperti yang terjadi di PT. Gunbuster Nickel Industry (GNI) Morowali Utara di Sulawesi Tengah yang masih banyak menggunakan tenaga kerja asing (TKA) untuk mengisi posisi tertentu sehingga terjadi kesenjangan antara TKA dan tenaga kerja lokal dan pada 14 Januari 2023 antara TKA dengan tenaga kerja lokal terjadi bentrokan yang mengakibatkan korban jiwa dari kedua belah pihak, tetapi terlepas dari semua isu yang ada, kejadian ini harus menjadi perhatian semua pihak bahwa tenaga kerja yang berkualitas dari segi soft kompetensi maupun hard kompetensi merupakan pondasi utama dari tenaga kerja sebuah negara bisa dihargai, dan jika dilihat ada beberapa perbedaan kompetensi yang dimiliki TKA dengan kompetensi tenaga kerja lokal di Indonesia seperti pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, dan keahlian. TKA mungkin memiliki pendidikan dan pelatihan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja lokal di bidang tertentu, seperti teknologi tinggi atau ilmu pengetahuan, mereka juga mungkin memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak dari perusahaan yang sama di negara asalnya. Namun, di balik hal itu tenaga kerja lokal mungkin memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang budaya, bahasa, dan praktik bisnis di Indonesia.
Tingkatkan kompetensi diri tanpa henti dan terus berusaha dan bersabar dalam menjalani kehidupan, karena manusia hanya berencana dan di ataslah yang menentukan akhir perjalanan dari setiap cerita manusia.