Koran Tempo (Kortem) muncul lagi dengan gaya khas provokasinya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tanpa tedeng aling-aling, Kortem menayangkan berita yang menggiring masyarakat pembaca untuk percaya, bahwa wacana Jokowi 3 Periode bergulir lagi.
Dengan mati-matian Kortem lagi-lagi menggiring opini dan pikiran pembaca, bahwa Jokowi memang berkeinginan menjabat 3 Periode. Bahwa Jokowi orang yang gila kekuasaan. Bahwa dengan itu pula, rakyat berhak protes, marah dan melawan untuk menurunkan Jokowi sebelum 2024.
Kortem membuat poster kartun Jokowi yang sebelah wajahnya tertutup 3 jari (menunjukkan 3 Periode). Lalu di atasnya bertuliskan huruf kapital: B3ERGULIR LAGI. Poster tersebut diupload di Instagram Kortem.
Seperti yang sudah diperkirakan, bahwa masyarakat terutama netizen yang banyak berlatar budaya gosip, langsung menyambar narasi tersebut.
Tanpa perlu mengecek benar atau tidak, valid atau tidak dst. Netizen berkomentar dengan nada marah, memaki, menghujat dan semua yang negatif kepada Jokowi. Harapannya, tidak hanya teriak di medsos tapi juga melakukan aksi demo menuntut Jokowi mundur karena 3 periode itu tidak konstitusional.
Lihat lah efeknya. Kalau kita berpikir mengapa masyarakat akan sebodoh itu ya? Tapi memang iya, karena sudah sering kali terjadi seperti itu. Emosi dipakai duluan, otak belakangan. Masa bodo itu hoax atau bukan, yang penting tidak suka dengan Jokowi, apapun caranya Jokowi harus berhenti.
Ingat kasus Ratna Sarumpaet yang oplas tapi dikira digebukin oleh orang-orang suruhan istana? Itu kasus yang memperlihatkan secara gamblang betapa bodohnya masyarakat digiring untuk berpikir kebohongan menjadi fakta yang sebenarnya.
UU Pemilu ada, KPU pun sudah menyusun agenda pemilu 2024 (pilpres dan pileg). Masihkan sibuk berwacana 3 periode?
MPR dan DPR sudah menyatakan tidak ada amandemen konstitusi. Jokowi sudah menyatakan tegas tidak ada penundaan, tidak ada 3 periode. Jokowi pun sudah melarang siapapun terutama menterinya untuk tidak bicara itu lagi. Belum puas? Apa harus dibuat UU larangannya? Harus dicap materai? Mau seperti apa?
Isu ini justru terus dihembus-hembuskan oleh Kortem sendiri dengan beberapa kepentingan. Pertama, soal pendapatan agar viewer pembacanya banyak. Kedua, agar proses suksesi 2024 gagal lalu chaos, targetnya tudingan kepada Jokowi lebih nyata lagi. Ketiga, sesegera mungkin mengadili Jokowi karena dianggap tidak becus mengurus negara.
Keempat, mendapat keuntungan banyak dari Bohir, juga dari penguasa berikutnya yang mengkudeta Jokowi. Boleh tidak jika masyarakat seperti saya berpikiran seperti itu? Meskipun hanya menduga dan tidak memiliki bukti yang jelas akan hidden agenda Kortem. Cara berpikir dan kebebasan berpikir yang dipakai Kortem, kini juga dipakai masyarakat.
Sebagai media, Kortem sendiri merasa bebas dan bisa menayangkan berita hanya dari dugaan saja kan? Mengira Jokowi gila kekuasaan dan ingin 3 periode lagi. Jika bukan mengira, berarti malah sengaja menuduh dengan niat yang tidak baik (ingin melakukan kudeta).
Ini dugaan saya, lho. Masa hanya Kortem saja yang boleh menduga-duga?
***
Agung Wibawanto