Di Hari Pers, Butet Kartaredjasa “Membunuh Komik” Karyanya Sendiri

Editorial Redaksi

banner iklan 468x60

Suluhnusantaranews. Mulai hari minggu depan, masyarakat pembaca setia Komik Bung Sentil di Media Indonesia sudah tidak bisa menikmatinya lagia. Kabar mengejutkan itu dinyatakan oleh Seniman Butet Kartaredjasa yang selama ini menjadi kreator ide komik bertema sosial dan politik.

Dikutip dari akun Instagram @masbutet menyatakan komik sebagai karya kebebasan ekspresi visual juga salah satu karya jurnalistik yang dijamin kebebasan. Namun nyatanya salah satu karya komik Mas Butet dkk yang dijadwalkan terbit hari minggu (5/2/2023) oleh Pimred Media Indonesia dilarang tayang.

Berikut pernyataan Mas Butet yang sekaligus pamit undur diri untuk karya Bang Sentil :

MEMBUNUH KOMIK. Mumpung sedang Hari Pers Nasional, saat semua orang menganggap pentingnya independensi jurnalisme, saya menyatakan.”Saya membunuh ‘Bung Sentil’, komik-strip yang hadir setiap hari Minggu di Koran Media Indonesia.”

Komik yang telah berusia 13 tahun ini , yang saya garap seminggu sekali bersama visualizer Widiyatno, mulai minggu depan dan seterusnya tidak akan hadir lagi di koran MI. Kami “membunuh” dengan baik2, setelah mendapat pemberitahuan dari Pimred MI, bahwa komik-strip edisi pekan lalu berjudul “Jurus Baru”, TIDAK BISA DIMUAT. Alasannya, komik/kartun ini tidak sejalan dengan kebijakan redaksi. Dan dinilai terindikasi menyerang/menstigma seseorang/kelompok tertentu.

Saya tidak berminat memperdebatkan aspek “kebenaran” dari prinsip dasar jurnalisme atas komik/kartun yang bersumber dari fakta publik ini. Bagi saya ide komik ini bukan fiksi. Tidak mengada-ada. Penjlasan Pimred MI sudah meyakinkan saya, bahwa sebaiknya saya memang harus “membunuh” Bung Sentil di Media Indonesia. Demi persahabatan. Demi kebaikan bersama. Juga demi kewarasan saya supaya tidak turut senewen.

Yang terpampang di status ini adalah komik/kartun yang kena swa-sensor itu. Silakan dinikmati sebagai kenangan terakhir. Uasuwoook

Koran Media Indonesia dalam sejarahnya didirikan oleh “Konglomerat” Media Surya Paloh yang juga ketua umum Partai Nasdem. Pemilik media Metro Grup dan dengan banyak anak perusahaan yang salah satunya Media Indonesia merasa “tersentil” atas karya komik tersebut.

Siapapun saat membaca issue komik tersebut sudah pasti paham. Dan kebenaran ada di pikiran masing-masing pembaca.

Namun yang lebih memprihatinkan lagi daripada issue pencapresan justru pada independensi pers sendiri. Kepentingan pemilik media ibarat doktrin seorang raja kepada bawahannya. Prinsip feodalisme ABS (Asal Bapak Senang) masih dilestarikan.

Mas Butet melawan di saat yang tepat dan tidak sendiri. Maka ternyata pula ada benarnya sebuah rumor : Semakin besar sebuah media, semakin tidak Independent.

Berbalikan dengan Mas Butet, semakin besar (tua) justru semakin independent.

Selamat hari Pers. Wujudkan independensi media yang bertanggungjawab. Menjadi pilar keempat Demokrasi yang sebenar-benarnya.
***
Redaksi Suluhnusantaranews
(Dahono Prasetyo)

banner 120x600

Tinggalkan Balasan