Memang bukan pekerjaan yang mudah untuk secara instan melakukan perubahan, apapun bentuk perubahan itu. Tapi yang pasti adalah bahwa perubahan dan perkembangan akan terus walaupun berjalan cepat atau lambat. Kesadaran materil terhadap sifat perubahan itu pun memerlukan banyak energi dan waktu. Terlepas dari itu, Indonesia dihadapkan pada berbagai permasalahan trans-dimensional yang harus kita pahami secara holistik dan mendalam, diantaranya adalah;
Stagflasi ekonomi dan ancaman resesi : Lonjakan inflasi global akibat supply disruption dan perlambatan perekonomian sebagai dampak tensi geopolitik menjadikan Indonesia rentan terhadap perubahan ekonomi global akibat resesi. Hal ini menjadikan Indonesia dapat masuk pada jebakan kelas menengah (middle-income trap). Juga ditambah dengan faktor kesenjangan pendapatan yang cukup lebar. Dimana sistem dan struktur pajak Indonesia (yang terus bertambah secara regresif) saat ini tidak mampu memberikan kontribusi pengurangan ketimpangan pendapatan daerah (yang bertambah secara eksponensial seiring perubahan demografi). Artinya kaum muda adalah kelompok yang paling rentan terdampak imbas dari resiko krisis dan resesi ini.
Bonus demografi, perubahan iklim, ketersediaan pangan, akses pelayanan publik terbatas; Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pangan yang terjadi secara eksponensial tidak dibarengi dengan kesiapan yang merata bagi setiap individu dalam pemenuhannya karena akses terhadap sumber daya yang berbeda. Juga karena kemampuan (daya dukung) ekologis dari lingkungan yang terdegradasi karena over exploitation dan terjadinya perubahan iklim. Kondisi ini membutuhkan kesiapan adaptasi yang cukup serta kebijakan alternatif. Dalam kondisi krisis, bonus demografi hanya akan menjadi beban negara untuk memenuhi kebutuhan populasi, jika tidak secara mandiri memiliki kemampuan menghadapi situasi krisis tersebut.
Dari pasar bebas menuju pasar skill; hal ini terkait dengan kesempatan kerja. Dimana jumlah lulusan sekolah tinggi (sarjana)/angkatan kerja tidak terserap sempurna oleh dunia kerja, karena perubahan kebutuhan pasar. Faktor lainnya adalah belum link and matchnya sistem pendidikan kita dengan kebutuhan industry dan pasar sehingga angka pengangguran terbuka diperkirakan akan terus meningkat. Selain itu, kebutuhan pasar (yang sudah terbuka dan bebas) tidak lagi membutuhkan tenaga kerja dengan latar pendidikan formal, tapi tenaga kerja yang memiliki skill dan kemampuan teknis-praktis, terlebih karena trend perkembangan informasi dan teknologi saat ini. Artinya kaum muda adalah kelompok yang paling rentan terdampak kondisi ini.
Era post-truth; pembelahan sosial akibat pragmatisme dan oligarki politik, serta penegakan hukum yang lemah; hal ini secara langsung akan berpengaruh terhadap kondisi sosial yang rentan terhadap konflik. Selain itu, jaminan terhadap kepastian hukum dan proses penegakan hukum yang adil dan transparan menjadikan kondisi ketidakpastian. Sehingga resiko pembelahan sosial dan ancaman disintegrasi dapat terjadi sewaktu-waktu.
Upaya otokritik yang kompletatif secara internal oleh aktivis gerakan kaum muda Indonesia untuk secara jujur dan jernih melihat realitas yang ada. Melalui otokritik terhadap aktivisme, lahir kesadaran dan cara pandang yang lebih luas untuk melakukan transformasi gagasan dan program ke arah yang lebih baik (jelas. produktif, dan lebih banyak manfaat). Misalnya transformasi dari cara pandang dan perilaku yang cenderung berorientasi kepada politik kekuasaan ke cara pandang dan program yang berorientasi ke politik kesejahteraan.
Transformasi gagasan dan program tersebut akan berpengaruh terhadap setiap model gerakan sebagai penerjemahannya. KNPI mengajak tidak hanya para aktivis dan entrepreneur, namun juga pegiat sosial-kemanusiaan lainnya (pendidik, pegiat kebudayaan, pecinta seni, dan lainnya) untuk shifting (pergeseran). Shifting dalam makna tidak lagi berada dalam ruang dengan berbagai pendekatan konvensional, namun mulai mengadaptasikan organisasi dan program-program aktivismenya dengan perkembangan zaman (ilmu pengetahuan dan teknologi).
Melalui kolaborasi, tujuan kemajuan dan kesejahteraan menjadi lebih mudah dan cepat untuk dicapai. Kolaborasi juga memungkinkan upaya untuk membangun kekuatan ekonomi dan politik baru yang berbasis kepada pemuda dengan segala potensinya (kuantitas, jaringan, kreativitas, dan lain sebagainya).
Atas dasar prespektif di atas KNPI berinisiatif mengusung visi dengan gagasan pokok: #ACTIVISTPRENEUR; TRANSFORMASI GERAKAN AKTIVISME MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT sebagai upaya untuk kembali mengaktualisasi semangat aktivisme gerakan kaum muda ideologis-progresif-kolektif, melalui pemberdayaan kaum muda yang berbasis pada semangat intelektual dan jiwa entrepreneurship.
Harapannya, KNPI sebagai rahim pengasuh gerakan kaum muda akan kembali melahirkan kader -kader pemuda yang matang secara intelektual dan mental, memiliki karakter yang progresif, serta memiliki kemandirian secara ekonomi yang dengan sadar karena keteguhan ideologisnya akan membangun Indonesia yang sejahtera di masa depan.
***
Sumber : Naskah Panduan Kebijakan Umum Orientasi Program Kerja KNPI – Ryano Panjaitan