Republik Jokowi, Kerja Cinta Dan Nyali

Opini Akar Rumput

banner iklan 468x60

“Reshuffle bisa terjadi kapan saja, tinggal menunggu waktu yang tepat”. Demikian prinsip jawaban Jokowi ketika didesak banyak pihak terkait komposisi keseimbangan para pembantunya di akhir masa jabatannya.

Dua periode yang begitu dramatis pada masa bangsa ini bertransisi. Dari bangsa yang pasif mendadak “hyperaktif” pada persaingan global penghuni bumi berebut peradaban.

Jokowi membawa bangsa ini berpetualang mengendarai rollercoaster, membuat kita selalu siaga, waspada dengan ketegangan di beberapa bagian. Bagaimana terjaga dari segala kemungkinan tak terduga pada akhirnya berubah menjadi kebiasaan.

Adrenalin bangsa ini menjadi tebal. Melankolis, heroik, geram, cinta, amarah dan rasa syukur dipaksakan melebur. Kita menjadi kenyang naik turunnya persoalan, tikungan intrik hingga putaran dramatis menyelesaikan solusi.

Sensasi pengalaman akrobatik yang diciptakan Jokowi pada akhirnya melahirkan nyali. Mental bangsa ini dibuatnya berlapis berani, menjawab aneka tantangan yang sebelumnya berupa pantangan. Merubahnya segala kemustahilan menjadi kemungkinan nyata di tengah ketidakpastian situasi dunia.

Menolak imla dari para komprador penjual bangsa, 90 persennya dibangun dari kuatnya mental tidak khawatir gagal apalagi takut kalah. 10 persen sisanya berisi strategi memenangkan pertarungan berikut kalkulasi waktu.

Sejarah mencatat periode kepemimpinan Jokowi menjadi masa paling dinamis. Pergantian menteri dilakukan sebagai keputusan menjaga keseimbangan.

Merekalah para operator rollercoaster.

Kerja kolektif yang hanya tunduk satu visi Jokowi berulang kali memakan korban para operator. Mereka yang mengaku siap kerja tetapi terlihat tidak bisa bekerja ketika berada di meja kerja. Mereka yang akhirnya membahayakan keselamatan seluruh penumpang yang sedang dipaksa berpacu dalam kecepatan tinggi.

Reshuffle bukan lagi melulu urusan politik.

Jalur rollercoaster Jokowi yang sebentar lagi usai, bukan berarti selesai pula petualangan serius berdebar dalam pertarungan persaingan. Kerja dua periode mesti dilanjutkan oleh sosok yang lahir dari didikan nyali sebagai penumpang. Bukan sosok penumpang pengecut yang muncul dari sumpah serapah, trauma ketakutan dan kekecewaan.

Kerja 10 tahun harus bersih jika pada waktunya diserahterimakan pada operator lain. Jika reshuffle sebagai upaya terakhir Jokowi merapikan tim work, maka percayakan pada sosok yang bervisi sama.

Bukan sosok yang justru akan menjadi duri saat Jokowi pulang ke Solo dengan senyum untuk istirah. Jangan sampai peristiwa pulang ke Cikeas terulang lagi. Pamit pensiun dengan meninggalkan banyak kotoran, lalu mengeluh prihatin dan mengancam turun gunung.

Siapa saja pasti ingin dikenang baik-baik. Jokowi juga ingin dikenang sederhana saja.

Kita yang ketagihan dipimpinnya.

Kita juga yang harus siap berpacu nyali, dengan ataupun tanpa Jokowi.

***

Dahono Prasetyo

 

banner 120x600

Tinggalkan Balasan