Penolakan kehadiran Anies Baswedan dalam rangka kampanye politik di Jawa Timur menuai dampak sosial. Masyarakat terbelah mendukung dan menolak atas dasar etika kepantasan berpolitik. Pembatalan acara safari mantan Gubernur DKI di berbagai daerah Jawa Timur hingga sepinya kehadiran warga memeriahkan acara ditanggapi oleh Gus Wal selaku Ketua Umum Ormas lintas agama budaya Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB)
“Masyarakat Jawa Timur sudah cerdas dan bisa memilih, mana yang bermanfaat mana yang mudharat. Menolak kampanye bukan berarti anti demokrasi. Tidak hadir bukan berarti tidak suka dengan Anies. Tetapi semuanya adalah akumulasi persoalan gaya berpolitik pemaksaan yang digunakan Anies bersama tim suksesnya. Warga Jawa Timur tidak butuh uang Anies kalau hanya sekedar bergerombol mendengarkan orasi bualan” jelas Gus Wal saat diwawancarai awak media Suluhnusantaranews.
Curi start kampanye dengan memanfaatkan dana politik besar tidak selamanya berdampak peningkatan dukungan. Pada kenyataannya justru menjadi bumerang.
“Pelanggaran aturan kampanye sudah jelas dilakukan, memprovokasi warga dengan memanfaatkan politik identitas itu tidak pernah efektif saat masyarakat sudah melek politik. Yang buta politik hanya segelintir saja, itupun mereka lakukan demi transaksi politik. Mereka boleh mencopot spanduk penolakan politik indentitas yang dipasang PNIB, tetapi tidak bisa menghentikan perjuangan kami memberi penyadaran kepada masyarakat akan bahaya politik identitas. PNIB akan bergerak dimanapun kelompok pemecah belah umat menggelar acara” lanjut Gus Wal.
Beberapa acara yang disinyalir berpotensi memecah belah umat ditunda atau dibatalkan karena mendapat penolakan secara masif dari organisasi pendukung Pancasila dan NKRI. PNIB dengan segala kekuatan jaringan yang ada, berusaha melakukan aksi-aksi baik secara online maupun di lapangan.
“Safari politik Anies di Malang, Situbondo, Jember, dan Surabaya yang dibatalkan terjadi karena ulah mereka sendiri. Kami dan masyarakat yang masih waras hanya tidak merespon. Pengajian Felix Siauw di berbagai mimbar dibatalkan, PNIB bukan sekedar menolak tetapi membuka fakta sesungguhnya siapa dia. Yang terakhir pembatalan tabligh Akbar Khalid Basalamah di Masjid Al-Jabbar Bandung. Itu sangat membahayakan jika kemarin jadi terlaksana. Bagaimana mungkin tokoh Wahabi yang selama ini menistakan negara dan pemerintahan bisa diberi panggung di masjid milik negara hasil APBN bayar pajak masyarakat waras” papar Gus Wal dengan gamblang.
Aksi PNIB selama ini konsisten melakukan gerilya kegiatan meminjam baju Agama namun berpotensi mengancam keutuhan Bangsa dan Negara. Bersinergi dengan Densus 88, BNPT, TNI dan Polri senantiasa bergerak tanpa kenal menyerah di tiap daerah.
“Perlu digarisbawahi, Perjuangan PNIB tidak semata untuk menolak Anies saja. Bahaya kampanye Capres Anies tidak seberapa dibanding bahaya laten gerakan Khilafah, HTI, NII yang berbentuk acara terselubung. PNIB melawan sistem pemecah belah umat, bukan sekedar sosok orang per orang. Sebentar lagi lagi bulan Ramadhan, pawai khilafah mengatasnamakan bukan suci mulai marak dirancang di berbagai kota. Masyarakat seharusnya sadar dan aparat selayaknya bertindak. Bulan suci Ramadhan milik semua umat muslim, bukan milik kelompok Khilafah dengan saja dengan klaim kebenarannya. PNIB konsisten menolak pawai dengan atribut khilafah dimanapun” jelas Gus Wal mengakhiri wawancaranya. Menyiratkan pesan bahwa perjuangan PNIB bersama tokoh masyarakat, TNI Polri masih panjang.
“Satu lagi yang harus diwaspadai. Mereka sedang merencanakan acara Ngaji Di Trotoar selama Ramadhan. Membaca kitab suci di tepat yang tidak semestinya dengan menyelipkan agenda provokasi Negara Syari’ah” tutup Gus Wal membuka fakta terbaru.
*
Reporter Suluhnusantaranews Jatim (M.Faisal)