Persoalan Timnas Israel yang rencananya ikut dalam perhelatan Piala Dunia U20 di Indonesia, sesungguhnya bukan hal baru. Tahun 1962 Indonesia juga pernah menolak delegasi Israel dan Taiwan yang ikut dalam Asian Games di Indonesia. Lalu, Tim Tenis Indonesia juga pernah menarik diri dari keikutsertaannya di ajang Piala Federasi yang diselenggarakan di Israel.
Melihat sejarah hubungan antara Indonesia dan Israel juga tidak pernah terjalin hubungan diplomatik secara resmi. Hubungan yang terjadi merupakan hubungan tidak resmi terkait perdagangan, pariwisata dan pertahanan. Era Gus Dur (2012), sempat agak mencair, bahkan Gus Dur berkeinginan membuka kantor perwakilan Indonesia (setingkat duta besar) di Ramallah, Israel.
Penolakan Indonesia atas Israel sudah digaungkan oleh Presiden Soekarno, karena menghargai perjuangan kemerdekaan Palestina (yang tidak diakui Israel). Konflik kedua negara sepertinya akan menjadi konflik sepanjang masa. Pengakuan atas kemerdekaan Palestina inilah yang menjadi komitmen Bung Karno yang diucapkan di forum-forum internasional.
Maka tidak heran jika PDIP yang mengaku sebagai partai ideologisnya Bung Karno, tetap akan memegang komitmen tersebut sepanjang Israel tidak mau mengakui kemerdekaan wilayah Palestina. Hal ini pula yang disampaikan oleh Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng) dan I Wayan Koster (Gubernur Bali). Kedua mereka adalah kader PDIP dan berbicara dalam skup kepala daerah yang akan menjadi tuan rumah piala dunia U20.
Ajang tersebut akan digelar di enam provinsi, meliputi DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Hanya saja tidak semua warga masyarakat Indonesia yang setuju menolak kehadiran Tim Israel. Mereka yang menolak beralasan bahwa olah raga tidak bisa dicampuri persoalan-persoalan politik. Harusnya nilai sportivitas lebih diutamakan.
Sementara bagi yang pro mengatakan, bahwa olah raga juga bisa dijadikan media sebagai penekan bagi negara yang dianggap tidak berkeadilan. Di mana hal yang sama pernah terjadi pada tim Rusia yang tidak dibolehkan berpartisipasi dalam ajang Piala Dunia 2022 kemarin. Hukuman atau sanksi FIFA tersebut belum diketahui hingga sampai kapan. Dalam kasus Tim Israel ini FiFA belum berkeputusan.
FIFA masih mengakui asosiasi sepak bola Israel untuk ikut dalam setiap agenda FIFA, termasuk Piala Dunia U20 yang akan digelar di Indonesia. Lantas bagaimana sikap FIFA sendiri terhadap isu Israel-Palestina? Dikutip dari Arabnews, sikap FIFA, UEFA, IOC, dan juga badan olahraga lain soal Palestina tidak tegas. Dalam laporan tersebut, perang Israel kepada olahraga Palestina memiliki usia yang sama dengan negara Israel itu sendiri.
Akan tetapi, FIFA tidak melakukan apa pun untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatannya kepada Palestina. Pada 2017, ada rilis resmi soal Israel vs Palestina. Dewan FIFA mengakui bahwa situasi saat ini, untuk alasan yang tidak ada hubungannya dengan sepak bola, ditandai dengan kompleksitas dan kepekaan yang luar biasa oleh keadaan de facto tertentu yang tidak dapat diabaikan atau diubah secara sepihak oleh organisasi non-pemerintah seperti FIFA,” demikian pernyataan FIFA.
Persoalannya lagi, segala hal di Indonesia dapat dipolitisir (pro kontra). Bahkan tidak hanya dipolitisir, tapi juga diagamalisir (dibawa-bawa soal agama). Seolah yang membolehkan tim Israel maka tidak pro Palestina. Sementara yang menentang tim Israel dianggap tidak demokratis dan agama centris. Tentu hal ini merepotkan pemerintah terutama bagi presiden Jokowi dalam memutuskan.
Jika menerima, Presiden akan dikecam terutama kelompok ultra Islam. Namun jika menolak, akan bersiap mendapat sanksi FIFA. Sanksi FIFA bisa berupa mengganti negara tuan rumah, tidak membolehkan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan kompetisi apapun, dan yang terberat mendapat banned. Padahal ajang ini sudah diperjuangkan lama oleh pemerintah maupun PSSI agar timnas kita dapat terangkat posisinya.
Muhadjir Effendy, sebagai Menpora sementara, mewakili pemerintah mengatakan, “Posisi kami jelas, pemerintah Indonesia tidak akan pernah beringsut sejengkal pun dalam menegakkan konstitusi,” ujarnya dikutip dari YouTube DPR RI. “Hanya memang kami sudah berkomitmen menjadi penyelenggara dan kita juga sepakat acara ini sangat strategis untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia.”
Ia menilai Piala Dunia U-20 2023 sebagai upaya untuk menaikkan kelas sepak bola Indonesia ke kancah internasional. Kesempatan ini, menurut Muhadjir, belum tentu akan datang lagi dalam waktu dekat, “Ini adalah momentum yang belum tentu akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan, untuk membawa Indonesia bisa berbicara di kancah internasional, khususnya sepak bola,” tuturnya.
Di kesempatan lain, Mahfud MD menjelaskan pemerintah masih fokus menyelenggarakan turnamen dengan baik, termasuk menerima kehadiran Tim negara peserta. Sementara Erick Thohir, Ketum PSSI, tidak ingin mempersoalkan isu politik terkait tim Israel, “PSSI sebagai tuan rumah tentu fokus pada penyelenggaraan. Soal politik itu domainnya pemerintah,” ucapnya. Bola sementara diarahkan kepada Presiden. Dan semua bergantung kepada presiden apakah bola ditahan, dioper atau langsung ditendang ke gawang?