SuluhnusantaraNews–Raden Singgih atau Kyai Ali Maksum yang bagi masyarakat sedulur SIKEP Karangpace Klopoduwur Kabupaten Blora, dipanggil dengan sebutan nama Mbah Suro Engkrek, memiliki anak tunggal Rasiman atau Mbah Godek memiliki dua keturunan yaitu :
1. Lasiban menurunkan Mbah Lasio yang saat ini di dapuk sebagai sesepuh sedulur SIKEP Karangpace , Klopoduwur, Kabupaten Blora dan memiliki dua putra Wakiyo dan Sariono.
2. Rasi adik perempuannya memiliki dua putra yaitu Suyoto dan Suntono, saat ini juga tinggal bersama dalam lingkungan masyarakat sedulur SIKEP Karangpace Klopoduwur.
Jika merunut perjalanan sejarah, adanya Persaudaraan Sedulur SIKEP yang ada di provinsi Jawa Tengah berawal sebuah perjuangan kaum pribumi yang tertindas.
Dari tiga orang bersaudara yaitu Suro Engkrek, Samin Surosentiko yang diketahui keberadaannya dibuang oleh pemerintah Hindia Belanda di Sawahlunto, Padang, Sumatera Barat, Suro Sumanto dalam catatan sejarah Mbah Lasio tinggal di Tapak Siring Pulau Bali.
Keberadaan Persaudaraan Sedulur SIKEP merupakan bagian dari sebuah perjalanan waktu yang panjang dalam sejarah perjuangan masyarakat pribumi atas kolonialisasi Belanda di tanah Jawa. Mereka berjuang dengan caranya sendiri tanpa senjata namun memiliki cara yang unik dan khas, yaitu dengan sikap keseharian dalam menjalankan hidupnya dengan aturan adat dan istiadat setempat tanpa memperdulikan aturan-aturan kaum penjajah Belanda.
Sejalan dengan perkembangan waktu masyarakat sedulur SIKEP yang saat ini banyak tersebar keberadaannya di wilayah Jawa Tengah oleh sebagian masyarakat di sebut Samin, karena gerakan patriotisme perjuangan anti penjajahan saat itu menggelora dari sebuah koloni masyarakat kecil yang dilakukan oleh tiga bersaudara dan motori oleh Mbah Samin Surosentiko yang ada di desa Ploso Kediren , Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora .
Sedangkan dari garis keturunan Suro Engkrek berada di Karangpace Klopoduwur Kabupaten Blora. Adiknya paling bungsu tinggal dan menetap di pulau Dewata Bali.
Sedulur SIKEP mewarisi budaya agraris dan tinggal dalam komunitas tertentu. Dikenal sebagai masyarakat yang nyleneh, sebagian besar mereka tinggal di Jawa dan penyebarannya ada di wilayah Kabupaten Grobogan, Kudus, Pati, Ngawi dan Bojonegoro.
Meski ditengah kehidupan yang sudah modern, sedulur SIKEP tetap berpegang teguh ajaran dari leluhurnya. Mereka dikenal dengan keluguan, kejujuran dan sikap apa adanya. Dari sikap yang nyleneh itu mereka dilihat masyarakat lain sangat berbeda pada umumnya. Namun di balik sikapnya itu, ada pesan yang disampaikan bahwa kejujuran dapat menjadi teladan dari kehidupan mereka sehari-hari.
Ada yang menarik dalam obrolan kami awak media SuluhnusantaraNews dengan pemangku adat Sedulur SIKEP Klopoduwur yang saat menanyakan, kenapa Raden Singgih atau Kyai Maksum menggunakan inisial Suro Engkrek, karena dengan bunyi engkrek -engkrek lahirlah anak-anak ku. Suara engkrek – engkrek yang dimaksud adalah bunyi dari dipan atau tempat tidur kala itu cerita Mbah Lasio menutup obrolan.
***