Telunjuk Jokowi Bikin Pusing Elite Banteng

Kemarin dulu kita diberi suguhan bahwa pasangan Prabowo – Ganjar seperti sudah final. Penen padi bertiga Jokowi, Ganjar dan Prabowo jadi latar belakang. Dan lalu, kisah itu menghilang tanpa jejak.

Kali ini Ganjar naik pangkat. Oleh bu Mega dia ditunjuk. Ada pak Jokowi hadir dalam deklarasi itu.

“Jadi sudah clear dong Ganjar Presiden dan Prabowo wapres?”

Tetap saja, ini masih hanya sekedar dinamika politik. Belum tuntas, tas, tass…!! Masih dan akan terjadi banyak perubahan tak terduga sama setakterduganya tanggal 21 April dijadikan sebagai hari penetapan Ganjar sebagai capres oleh bu Mega.

Pada kisah bu Mega menunjuk Ganjar tapi dengan “sedikit memaksa” pak Jokowi seolah harus terlibat di dalamnya, itu telah terjadi dan dipertontonkan ke publik.

Pak Jokowi yang sedang dalam suasana lebaran seolah tiba – tiba kudu datang ke Istana Batu Tulis demi acara itu bisa jadi adalah kesimpulan paling mudah kita ambil. Itu sulit dicari rujukannya bahwa acara tersebut memang sudah terjadwal.

Lalu, percayakah publik bahwa telunjuk Jokowi benar sudah tertuju pada Ganjar, itu panjang ceritanya bila gimmick dijadikan dasar.

Pakailah data. Pakailah ukuran yang dapat dijadikan bukti fakta bukan perasaan.

Bila bu Mega punya partai dan dapat dibuktikan mampu menjangkau sejumlah pemilih, pak Jokowi punya relawan. Bila bu Mega atas nama legalitas partai memilih Ganjar, maka pak Jokowi pasti akan menggunakan relawan. Itu apple to apple.

Dan maka, pakailah ukuran itu saat kita mencari jawab apakah benar telunjuk Jokowi sudah tertuju pada Ganjar.

Bila suara relawan Jokowi adalah apa yang menjadi rujukan, paling tidak, hingga saat ini tak ada hingar bingar itu. Untuk saat ini, relawan Jokowi bahkan masih lebih terdengar memilih Prabowo.

Bahkan bila ada suara terdengar, Ketum Projo Budi Arie di hari yang sama dengan saat bu Mega membuat pengumuman, berkata :

“Kami relawan Jokowi solid dan militan menunggu komando Jokowi. Kami tunduk dan tegak lurus menunggu arahan dan perintah Pak Jokowi. Kami satu barisan, satu komando dan satu perjuangan. Pak Jokowi memerintahkan kami mendukung siapapun pasti kami dukung dan laksanakan.”

Gak sulit menterjemahkan pernyataan Budi. Implisit dia berkata “kami belum diperintahkan.”

“Bukankah pulang dalam satu pesawat sudah merupakan bukti?”

Tak ada pernyataan apa – apa setelah mereka satu pesawat. Bila masih berupa tanda, salat ied bersama bisa juga dijadikan rujukan. Tapi, sekali lagi, gak ada pernyataan apapun terkait politik.

Berbeda dengan Prabowo yang pada lebaran pertama ini datang ke rumah pak Jokowi, eksplisit Prabowo berkata bahwa dia bukan untuk cawapres tapi capres saat wartawan bertanya mungkin gak dia jadi wakilnya Ganjar.

Artinya, bisa diduga pertemuan pak Jokowi dan pak Prabowo meski dalam suasana lebaran, berdua mereka bicara politik. Mereka bicara perkembangan situasi paska pencapresan Ganjar oleh PDIP.

Hasilnya, Prabowo ogah kalau cuma jadi wakil Ganjar. Dan itu mustahil dong tanpa sudah dibicarakan dengan pak Jokowi dalam pertemuan itu?

Pada titik ini, bila kita masih ingin percaya dengan narasi telunjuk pak Jokowi akan tertuju ke siapa, memang memusingkan. Keduanya capres.

“Kalau pak Jokowi belum menunjuk Ganjar untuk capres, trus mau tunjuk siapa?”

Itu masih dinamis. Kabarnya Musra akan digelar pada pertengahan Mei 2023 di GBK. Pada acara inilah telunjuk Jokowi tertuju pada sosok dengan diiringi yel yel dukungan oleh para relawannya. Bisa siapa saja.

Lagipula pendaftaran capres dan cawapres oleh KPU baru dilaksanakan pada 19 Oktober nanti. Masih panjang jalan menuju capres definitif.

“Jadi, semua masih bisa berubah?”

Kisah pak Mahfud hampir jadi wapres dan berjarak jam saja masih bisa berubah mosok yang masih enam bulan malah mustahil?
.
Note : Jangan keseriusan bacanya, ini masih lebaran. Minal Aidin Wal Faidzin..🙏
***
RAHAYU
Karto Bugel

Tinggalkan Balasan