Tellasan Topak, Tradisi 7 Hari Setelah Idul Fitri Di Madura 

Budaya dan Tradisi

Bangkalan – Suluhnusantaranews. Sebuah tradisi tahunan yang begitu luar biasa telah tiba, tradisi ini bisa dikata lebaran kedua bagi masyarakat Madura khususnya di Kabupaten Bangkalan, Tellasan Topak, begitu orang-orang pulau garam menyebutnya, Tellasan bermakna lebaran atau hari raya sedangkan topak merupakan bahasa daerah orang-orang Madura kala menyebut ketupat.

Tellasan Topak bagi warga Madura termasuk bagian dari budaya yang berkatagori sakral, disebut sakral karena sebelumnya sebagian umat islam ada yang menjalani puasa sunnah 6 (enam) hari sejak di hari kedua bulan Syawal, secara tradisi tellasan topak digelar pada tanggal 8 Syawal atau 6 hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Salah satu budayawan Madura, juga ketua paguyuban wilayah barat, R.P. Abdul Hamid Mustari, saat ditemui awak media di Padepokan memaparkan, “Bahwa Tellasan Topak sebagai salah satu budaya Madura yang sangat unik, ia menyebut tellasan topak sebagai metamorfosa budaya yang begitu luar biasa.”papar Raden Hamid pada Sabtu (29/04/2023).

Sebagai kegiatan yang merupakan campuran ritual budaya yang sangat luar biasa R Abdul Hamid berpendapat, “Ini suatu tempat luapan untuk melepas kepenatan, kegembiraan di tengah pergulatan hidup yang cukup keras, Tellasan topak merupakan event yang bagus diketahui saat ini terjadi perputaran ekonomi yang sangat besar, Seperti di tempat wisata misalnya atau di situs budaya berupa tempat-tempat ziarah berapa pendapatan yang bisa diraih, Disana terkadang ada penjual ketupat atau rujak ketupat orang Madura sangat luar biasa dalam menjaga budaya, ini sangat perlu dijaga kelestariannya.” tuturnya.

Lanjutnya, Secara historis tradisi ini berlangsung turun-menurun sejak masa pembumian awal Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa, Islam yang diperjuangkan dan dibawa oleh tokoh-tokoh Wali Sanga Jawadwipa, Topak atau Ketupat merupakan makanan berbahan dasar beras yang dibungkus anyaman janur kuning, Biasanya, topak disajikan dalam bentuk menu berjenis soto, opor, campur, kaldu dan lainnya.

“Diantara sekian banyak makna Tellasan Topak, Adalah salah satu pelajaran yang penting untuk diambil dalam kehidupan sehari-hari ialah sikap guyub, gotong royong, saling membantu dan saling memberi, Sikap tersebut sering kali kita temui khususnya di masa lampau, tentang kisah dan pengalaman-pengalaman dalam proses menyambut tellasan topak.”

Dulu, warga menyiapkan topak dengan swadaya mulai mencari janur lalu menganyam, dan selanjutnya mengisi wadah atau orong dalam bahasa Maduranya, dengan beras selanjutnya mengukus dalam tungku berapi, Semuanya dilakukan bersama-sama yang melibatkan banyak anggota keluarga sanak kerabat dan tetangga, saling membantu satu sama lain dalam suasana suka cita dan gembira ria.

Kegiatan bertukar menu masakan ketupat, saling silaturahmi terasa begitu mengasikkan mungkin bagi generasi yang mengalami masa kecil di tahun 90-an masih bisa mengingatnya.

“Namun lambat laun suasana ini mulai bergeser saat orong topak atau wadah topak mulai dijual bebas di pasar-pasar maupun di pinggir jalan, warga hanya tinggal mengisinya dengan beras dan mengukusnya suasana guyub masih agak terasa.” bebernya.

“Namun pasca tahun 90-an di tengah semakin sibuknya aktivitas banyak orang kegiatan menyambut ketupat lebih instan lagi, yakni dengan membeli ketupat masak warga cukup membelinya dan menyajikannya disaat tellasan topak baik pada keluarga di rumah atau sanak kerabat dan tetangga dekat.”

Sudah jarang ditemui perrumah atau pertetangga yang masih menyempatkan diri membuat ketupat sendiri, entah apa karena budaya instan mulai menyeliputi kehidupan sehari-hari atau faktor waktu yang kadang banyak tidak sempat mekuangkannya karena kesibukan yang tambah padat.

Namun alih-alih menghidupkan tradisi masa lampau tak jarang warga yang sudah rindu dengan ketupat dan suasana guyub dalam tradisi “Tellasan Topak” justru cukup dengan membelinya di warung-warung soto campur, dan rumah makan yang menyediakan menu tellasan topak. pungkasnya. ( Jali )

Tinggalkan Balasan