Masih ingat dengan negara Vanuatu kan? Sebuah negara kecil di dalam rumpun Pasifik yang selalu menyerang Indonesia terkait isu HAM di Papua. Serangan tersebut disampaikan di setiap sidang umum PBB. Kini, Vanuatu tertimpa bencana angin topan yang melanda di kepulauan Pasifik.
Apa yang dilakukan Jokowi mewakili pemerintah Indonesia? Jokowi memberi bantuan sebesar 17,2 M kepada Vanuatu. Presiden Joko Widodo telah menyetujui pemberian bantuan sehingga perlu ditindaklanjuti. Dengan alasan kemanusiaan bangsa Indonesia turut membantu meringankan beban negara Vanuatu.
“Presiden juga telah menyetujui pemberian bantuan kemanusiaan ini ke Negara Vanuatu. Oleh karena itu, presiden menginstruksikan kepada saya untuk menindaklanjuti pemberian bantuan tersebut,” jelas Muhadjir Efendy, Menko PMK, dalam siaran pers, Kamis (4/5/2023).
Publik geleng-geleng kepala, bagaimana bisa? Orang awam terutama yang dipandang sudah modern mungkin memandangnya aneh. Namun bagi masyarakat yang masih tinggal di kampung-kampung di Jawa, sikap Jokowi seperti itu merupakan hal biasa.
Dalam budaya Jawa dikenal dengan ajian “dipangku mati”. Yang artinya kurang lebih, jika seorang tersebut diperlakukan baik dan dimuliakan, maka orang tersebut tidak akan bisa berbuat apa-apa alias takluk. Ini juga resep jitu yang sudah dicontohkan Jokowi khususnya bagi siapapun kandidat calon pemimpin untuk menaklukan hati rakyat (pemilih).
Jokowi kerap melakukan aksi blusukan. Tidak hanya saat menjabat walikota dan gubernur, bahkan saat menjadi presiden. “Karya” fenomenal Jokowi di Solo adalah ketika dia berhasil memindahkan PKL ke suatu tempat (relokasi). Awalnya PKL kekeh melawan tidak mau pindah tapi akhirnya justru mereka bergotong-royong membenahi dagangan dan pindah.
Cara yang dilakukan Jokowi adalah “nguwongke” dengan mengajak PKL makan bersama lalu Jokowi mendengarkan keluhan dan harapan warga. Cukup hanya mengajak makan dan mendengarkan tanpa membantah ataupun menjawab. Hal ini dilakukan beberapa kali hingga akhirnya warga patuh mau pindah sendiri.
Kita lihat lagi beberapa daerah yang dalam pemilu lalu suara Jokowi rendah, bahkan sangat rendah. Namun Jokowi tidak menjauh namun justru kerap menyambangi daerah tersebut melakukan banyak pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. Sebut saja seperti di NTT dan Sumatera Barat.
Anies sih menyebut jika ada hujatan jangan dijawab dengan pernyataan tapi dengan kenyataan. Hanya saja, kenyataannya Anies belum bisa mewujudkan seperti yang dilakukan Jokowi. Warga NTT kini begitu membanggakan sosok Jokowi (padahal sudah di penghujung jabatan presiden). Warga desa Sunu di NTT hingga membuat patung Jokowi berukuran besar.
Tidak hanya itu, patung seberat 700 kg dan setinggi lebih dari 3 m tersebut diarak beramai-ramai, ditarik dan didorong menuju puncak bukit. Ini pekerjaan gila. Tapi inilah hasil ajian “dipangku mati” yang dilakukan Jokowi. Tidak saja mereka mereka tidak membenci Jokowi lagi, tapi malah berbalik memuji-muji.
Begitupun dengan Prabowo yang dua kali menjadi pesaing Jokowi di pilpres 2014 dan 2019. Prabowo beserta Gerindra berhasil ditaklukan Jokowi dengan mengajak Prabowo bergabung dalam kabinetnya. Prabowo yang dulu selalu mengritik dan provokasi, kini berbalik menyanjung Jokowi.
Namun, jangan sekali-kali mengecewakan kepercayaan yang sudah diberikan oleh Jokowi. Apabila dikhianati setelah dipangku, maka Jokowi bisa berbuat yang lebih sadis. Ahok mengatakan, orang tersebut bisa direbus matang-matang hingga mati perlahan oleh Jokowi. Itulah ajian “dipangku mati”.
***Awib Lomanis