Kubu Koalisi Semakin Oleng, Akankah Anies Baswedan Menyusul Diusut Kejaksaan?

Analisa Kasus

Penulis : Mahendra Aji

Publik sudah menduga bagaimana respon atau reaksi Anies Baswedan (AB) dalam mengomentari ditetapkanya Johnny G. Plate (JGP) sebagai tersangka korupsi BTS yang merugikan negara 8 Triliun.

Pertama dengan melihat konpers Surya Paloh (SP) yang berkesan menyayangkan bahkan merasa sedih karena Sekjennya terkena pasal korupsi. Tidak dinyatakan tapi terlihat SP begitu galau dan ingin curhat seolah sedang dikriminalisasi Pemerintah (?)

Dari bahasa tubuh dan bahasa narasinya terlihat sekali dia ingin dikasihani diberi simpati publik. Jelas pula dia tidak bisa terima. Mungkin masih terbawa perasaan yang kemarin tidak diajak kongkow nge-teh bareng oleh partai koalisi Pemerintah. Merasa juga bisnisnya dihambat tidak mendapat order lagi dari proyek BUMN. Merasa pula Jokowi sudah tidak menganggap dirinya pernah berjasa mendukung dua periode. Lalu kini Sekjennya terjerat kasus memalukan, korupsi.

Dalam perkara lain yang melibatkan kadernya, maka partai akan bersikap biasa dan mengikuti proses hukum yang berjalan. Atau, bahkan ada partai yang tegas, begitu kader berstatus tersangka sudah langsung memberi sanksi pemecatan, alih-alih memberi bantuan hukum. Tidak ada yang baper tidak ada partai yang mengasihi kadernya yang menjadi tersangka korupsi. Sikap ini bisa dilihat publik bahwa SP justru melindungi Sekjennya, minimalnya sedang minta belas kasihan publik.

Dulu di tahun 2015 saat Sekjen Nasdem, Patrice Rio Capella (PRC) tersangkut kasus korupsi, respon SP tidak seperti sekarang ini. Bahkan sebelum PRC tertangkap, SP sempat berkoar akan membubarkan Partai Nasdem jika ada kadernya yang terlibat korupsi,

“Tidak pantas partai ini berdiri jika ada kader korupsi”.

Mengapa kini tidak mengatakan hal yang sama? Boro-boro, ingat dengan ucapannya pun tidak. Publik bilang, SP sedang akting.

Sebagaimana dikutip dari komentar Mahfud MD yang mengatakan penetapan JGP sebagai tersangka sesungguhnya tertunda, karena Kejagung bersikap hati-hati. Jika memang ini politis, maka sudah sejak awal status JGP menjadi tersangka. Sedangkan Sahroni (DPP Nasdem/DPR RI), menyatakan kasus ini tidak ada unsur politis. Tentu pernyataan Sahroni berbanding terbalik dengan yang dikesankan SP. Ketua Umum masih tidak terima dan anggap ada permainan politik by desain

Suasana kebathinan SP inilah yang dilihat dan ditangkap AB ketika mendatangi kantor DPP Nasdem. Sejak turun dari mobil sudah terlihat bagaimana raut wajah AB yang tidak ramah tanpa senyum kepada wartawan yang tengah stand by di Warung Buncit.

Pemandangan seperti itu sempat di-posting dan menjadi pembicara netizen di medsos. Bahkan fans-nya AB pun berkomentar tidak ingin melihat wajah seperti itu, yang menunjukkan kelemahan seorang calon pemimpin.

Karena ini kasus penangkapan tersangka korupsi, bukan mau melayat seorang tokoh publik yang meninggal. “Kok seperti acara layatan ya?” Demikian komen seorang netizen yang ngaku pendukung AB. Maka kemudian sudah bisa dipastikan bagaimana komentar AB setelah bertemu SP. Seperti biasa AB berbicara muter-muter yang intinya memuji-muji SP sekaligus turut prihatin dan bersedih.

AB ketika itu terlihat lebih seorang petugas partai Nasdem daripada petugas partai yang sebelumnya dikritik AB. Istilah AB begitu “mundhuk-mundhuk” terhadap SP. Apa takut tidak cair dana sosialisasinya? Takut dicabut mandat pencapresannya? Atau takut apa?.

Harusnya AB berani bersikap tegas dan lantang berteriak, “Kita bersama aparat membasmi korupsi!” Jika saja ada Novel Baswedan, sepupunya AB, pastilah dia tertawa, kok ada koruptor yang tertangkap tapi malah minta dikasihani?

Harusnya ini menjadi timing tepat bagi AB jika ingin mengusung ide perubahan. Dia harus berani bahkan jika perlu menghujat perilaku yang ditunjukkan oleh tersangka JGP karena sudah makan uang rakyat. Atau, jangan-jangan apa yang diduga publik adalah benar adanya?

AB turut bersedih karena sumber logistik untuk kebutuhan mobilitasnya akan terpotong karena JGP tertangkap (?)

Bisa saja AB mengatakan tetap maju, tidak ada yang ditunda, tidak ada yang terhambat dan tidak ada yang melambat. Namun aura suasana kebathinan yang tertangkap sudah tidak seperti yang dikatakan AB. Semangat SP terlihat memudar. Bahkan SP tidak turut mendampingi AB dalam jumpa pers-nya. Kini publik bertanya, siapa pengganti kursi JGP? Apakah masih jatahnya Nasdem? Mestinya bukan jatah Nasdem lagi. Tapi feeling saya, SP berharap bisa ketemu Jokowi.

Persoalannya, setelah apa yang dilakukan SP, masih punya muka kah dia ketemu dengan Jokowi?

Perahu Koalisi Perubahan semakin limbung diterpa badai. Sumber dari “pasar gelap” yang saya terima, mengapa AB memuji-muji SP dan bertampang lesu? Ternyata SP menyatakan sudah tidak bisa ‘menjamin’ kasus yang menimpa AB yakni Formula E.

Selama ini, SP disinyalir sebagai penjamin agar Formula E tidak diutak-atik atau Nasdem mengancam mencabut dukungan di kubu koalisi.

Kasus JGP menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa menjadi jaminan untuk sebuah kasus korupsi. Jadi, setelah Andi Arief yang dipanggil KPK kasus gratifikasi, kini bersiaplah AB menyusuri proses hukum selanjutnya. Oleh Mahfud sudah dikatakan bahwa setiap mau usut kasus AB selalu KPK dikatakan kriminalisasi oleh pendukung AB. Menurut Mahfud, jalan saja terus tidak peduli siapa pelakunya. Untuk itu KPK tidak perlu bertanya ke Pemerintah.

Kasus korupsi yang dikabarkan ke publik memang menyebalkan, ditambah lagi pembelaan para elitnya. Semakin memuakkan rakyat.

*** Sumber : https://www.sintesanews.com/koalisi-nasdem-pd-pks-oleng-kapten-anies-baswedan-kabarnya-akan-diproses-hukum/