Penulis : Dahono Prasetyo
Pemilihan Presiden dalam proses dukung mendukung melahirkan gerbong bernama relawan. Menjadi partisipasi aktif masyarakat memenangkan sosok yang dipercaya menjadi pemimpin di luar mesin politik partai.
Di sinilah “Pesta Demokrasi” didefinisikan. Kue kekuasaan, camilan jabatan, minuman proyek hingga dekorasi pernak-pernik jaringan kolega tergelar di meja pesta.
Di moment itu pula relawan berharap bisa menikmati sajian pembuka pesta bermodal euforia, militansi dan keberpihakan. Relawan menjadi sebuah kerja politik organisasi yang tentunya butuh logistik operasional untuk bergerak, beracara, ataupun ber-deklarasi.
Dua Capres terkuat, Ganjar dan Prabowo, memiliki gerbong relawan yang berjalan beriringan. Bagaimana dengan capres yang satu lagi? Sementara lupakan dulu, selain tidak penting juga masih abu-abu.
Relawan kedua capres unggulan yang saling “menyeberang” menjadi fenomena menarik untuk dianalisa. Kembali lagi ke persoalan pesta demokrasi.
Para relawan yang punya insting matematika, akuntansi dan neraca rugi laba akan berhitung meja pesta mana yang lebih “gurih” sajiannya. Sementara bagi relawan yang berkomitmen kuat, berjuang di jalan lurus akan setia berdiri di gerbong awal mereka terpanggil.
Celakanya diantara keduanya lahir relawan yang berstatus dua kaki.
Mereka yang sebelumnya mendukung Jokowi dua periode kini mengalihkan dukungannya ke Prabowo dengan catatan masih menggunakan “seragam” relawan Jokowi.
Mengapa tidak melanjutkan dukungannya ke Ganjar yang notabene sintesa Jokowi melanjutkan visi misi ke depan?
Mengapa mengalihkan ke Prabowo yang masih memegang rekor capres abadi? Langganan 3 kali Nyapres 3 kali kalah selama 15 tahun dan kini di tahun ke 20 mencoba untuk keempat kalinya.
Bagi relawan oportunis, godaan kue pesta di meja Prabowo patut dicoba cita rasanya. Beberapa diantaranya sudah lumayan kenyang menikmati kue 2 periode di kubu Jokowi.
Relawan pendukung Prabowo yang dengan bangga berseragam pendukung Jokowi mengisyaratkan terjadinya transaksi politik. Tidak perlu muluk-muluk berbicara idealisme atau militansi dukungan berdarah-darah sebelumnya. Yang dibutuhkan adalah pengalaman mencicipi kue demokrasi yang ditawarkan Prabowo.
Menang atau kalah bukan tujuan mereka. Kalaupun Prabowo kalah lagi, setidaknya sudah puas mencicipi sambil mambawa pulang sajian prasmanan yang digelar mewah. Lalu dengan masih berseragam mantan pendukung Jokowi, bisa sesekali menyelinap di gerbong Ganjar saat melanjutkan estafet. Berharap dapat percikan kembang api di pesta kemenangan Ganjar yang juga kemenangan Jokowi.
Relawan cap dua kaki menjamur sebagai bentuk demokrasi oportunis. Barangkali butuh cap kaki tiga untuk larutan penyegar kehausan mereka.
Lalu bagaimana dengan relawan Ganjar yang masih tegak lurus, berair mata keringat mendukung kelanjutan kepemimpinan Jokowi?
Meminjam istilah Ganjar : Tuanku Ya Rakyatku. Merekalah sesungguhnya tuan-tuan pemilik Republik ini, tempatnya pemimpin mengabdi.
***
Komentar Terbaru