Penulis : Ade Armando
Tulisan saya kali ini pertama-tama saya tujukan pada Pak Erick Thohir. Saya berharap sekali Bapak memperhatikan kualitas koran Bapak, Republika.
Saya khawatir di dalam jajaran redaksi koran Bapak itu, terdapat orang-orang yang tidak memiliki kapasitas jurnalistik.
Sebagian awak redaksi Republika itu dengan sengaja memupuk dan memprovokasi kebencian di kalangan umat Islam.
Saya sudah menjadi korban.
Karena itu saya akan menshare kepada publik apa yang dilakukan Republika terhadap saya.
Saya mulai dengan sebuah tweet di akun resmi Republika pada 18 mei lalu
Republika menulis: “Politikus PSI Ade Armando menyebut tidak semua babi haram dikonsumsi. Pernyataan Ade Armando ini sontak menimbulkan perdebatan di sosial media. Bagaimana menurut Sobat Republika?”
Tweet ini langsung disambut dengan penuh kemarahan yang diekspresikan para sobat Republika dengan cara biadab.
Saya kutip saja sejumlah komentar sobat republika untuk menunjukkan kadar kebiadabannya.
Sobat Republika bernama ‘Penggemar Mie Ayam Kampung’ berkomentar: “Kalo aja gak ada aturan hukum, pengen dah gw kepruk mukanya noh orang.”
Sobat republika yang lain bernama Sec-Q-Ras@23 bahkan menampilkan foto saya yang nyaris telanjang dan tergeletak setelah dikeroyok dan ditelanjangi para pemuda radikal tahun yang lalu dengan caption: “Babi panggang”.
Sobat Republika yang lain lagi bernama Rudi Sengok menulis: “Maklum…sesama babi saling melindungi.”
Ada pula sobat republika bernama Wiber Melayu menulis: “Sebelum celana si coro ditemukan, nggak pantes suaranya didengarkan.”
Atau juga sobat republika bernama Herry Latuperissa yang berkomentar: “Terkadang, pemukulan tempo hari kurang bonyot, yang model begini cocoknya diinjek mulutnya.”
Yang juga kasar adalah tweet dari Anwar N yang berbunyi: “Sekali lagi,. . . pasti kamu ditelanjangin sampe kemaluan kamu di depan umum… goblok”.
Ada pula Rekuza yang bilang dalam bahasa Sunda: “Gebugan deui jalema kieu mah..” yang artinya adalah: Gebukin lagi orang macam ini sih..
Itulah sebagian ucapan yang keluar dari mereka yang menganggap diri mereka sebagai sobat republika.
Soal pemukulan, atau ketelanjangan, atau celana saya, dan seterusnya itu semua merujuk pada peristiwa tahun lalu di mana saya dikeroyok, dipukuli, ditelanjangi, dan ditendangi sampai hampir mati karena para pengeroyok saya menganggap saya menista agama.
Jadi para sobat Republika mengungkit-ungkit lagi peristiwa itu untuk kembali mengeroyok saya, kali ini di media sosial. Mereka biadab, kasar, kotor mulutnya,
Dan menurut saya, itu terjadi karena koran republika memang memupuk kebiadaban.
Republika mengajarkan pembacanya untuk tidak berpikir, berdiskusi, bertukar pendapat.
Republika memprovokasi pembacanya untuk menjadi muslim yang pemarah dan tidak menggunakan akal sehat.
Coba lihat tweet Republika.
Republika begitu saja menulis: Menurut Ade Armando, tidak semua babi haram dikonsumsi.
Lantas ditutup dengan pertanyaan: “Bagaimana menurut sobat republika?”
Ini menyesatkan dan provokatif, menjadi semacam pemicu kemarahan.
Tapi sebelum sampai pada penjelasan tentang mengapa itu menyesatkan, saya ingin merujuk pada timing tweet ini diluncurkan.
Saya membuat video yang disebut Republika itu pada 4 Mei 2023. Tapi tweet provokatif Republika itu dikeluarkan pada 18 mei 2023
Bayangkan Republika mengomentari video saya baru dua minggu kemudian. Ini jelas kesengajaan.
Jadi saya rasa ada redaksi Republika yang memang berusaha menyudutkan saya di mata umat Islam.
Pertanyaan saya, apakah si redaksi itu melakukannya secara independen atau berdasarkan arahan ruang redaksi.
Bahkan saya bisa bertanya-tanya apakah ini memang dilakukan sesuai arahan Pak Erick Thohir.
Dan saya curiga ini ada kaitannya dengan pencalegan saya di PSI.
Namun daripada saya menghabiskan waktu Anda bertanya-tanya mengapa Republika melakukan kekejian itu, lebih baik saya jelaskan mengapa saya katakan tweet Republika itu menyesatkan.
Republika dengan sengaja ingin mengarahkan pembacanya untuk percaya bahwa saya menyatakan babi tidak haram. Dia mencabut begitu saja pernyataan saya soal babi dari konteksnya.
Saya bicara babi dalam konteks pembelaan saya terhadap kebebasan berekspresi seorang tiktoker bernama Lina Mukherjee yang saat ini ditahan karena bikin konten yang menggambarkan dia memakan babi kriuk dengan diawali pengucapan bismillah.
Dia ditahan setelah ada protes masyarakat yang menganggap Lina menodai agama. Itu yang menjadi inti video saya.
Menurut saya, penangkapan Lina karena dia membecandai agama adalah tindak berlebihan.
Lina Cuma becanda, masak dia harus masuk penjara?
Dan buat saya kebebasan berekspresi semacam itu adalah hal yang harus dilindungi dalam demokrasi.
Kebebasan berbicara, berpendapat, mengekspresikan diri adalah hal esensial dalam demokrasi.
Kalau becandaan Lina dianggap sebagai pelanggaran hukum pidana, demokrasi Indonesia akan hancur. Kali ini Lina, besok-besok saya, Anda, atau semua orang yang berpikir merdeka, berpotensi diadukan karena becandaan kita.
Lina tidak menginjak-injak atau mengencingi Al Quran, untuk menyebut dua contoh tindakan yang wajar dianggap sebagai penghinaan agama.
Dia hanya baca bismillah, lantas makan babi.
Lina juga sudah minta maaf. Jadi kenapa dia harus diperkarakan secara hukum?
Konteks ini sama sekali tak dijelaskan dalam tweet Republika.
Dan selanjutnya, Republika juga cuma memotong konten saya di Cokto sehingga seolah saya pribadi menganggap babi tidak haram dikonsumsi.
Padahal dalam video itu saya menjelaskan bahwa pandangan bahwa babi haram dimakan adalah hasil interpretasi.
Dan karena itu adalah hasil interpretasi, wajar saja kalau ada orang-orang yang memiliki perbedaan interpretasi.
Yang disebut haram dimakan dalam Al Quran adalah Khinzir. Semua orang yang belajar Al Quran seharusnya tahu persis itu.
Khinzir memang adalah hewan dari keluarga babi-babian, tapi tidak identik dengan babi ternak.
Karena itu, menurut saya, penyamaan babi ternak dengan Khinzir itu adalah hasil interpretasi para ulama.
Di dalam video itu saya bilang: “Tolong dicatat, saya tidak sedang mempromosikan makan babi, ya. Saya tidak makan babi. Tapi, ingin saya tekankan, melarang makan babi di saat ini adalah hasil interpretasi juga, dan kalau ada Muslim yang percaya babi ternak itu halal, itu adalah hak sepenuhnya dia. “
Konteks ini yang diabaikan Republika begitu saja. Mereka memotong begitu saja penjelasan saya, untuk kemudian dilempar untuk dikomentari sobat Republika yang memang penuh kebencian itu.
Saya sedih bahwa itu dilakukan sebuah media yang selama ini dianggap sebagai media Islam.
Republika membangun image buruk tentang islam dan juga mengajarkan khalayaknya untuk beragama dengan penuh kemarahan.
Mudah-mudahan Pak Erick Thohir bisa segera meluruskan jalan koran yang dicintainya.
Ayo gunakan akal sehat.
Karena hanya dengan akal sehat, bangsa ini akan selamat.
***
Sumber :
https://www.facebook.com/100082343096321/posts/pfbid037mmFJnuQkuVezoeyGj2spUAHVQTKMMs44HNWj5FpuYA31nM9Zv3utiRPxNMjzXzjl/
Komentar Terbaru